Nasional

Terobosan Revolusi Tauhid Nabi Muhammad

Ahad, 10 November 2019 | 22:30 WIB

Terobosan Revolusi Tauhid Nabi Muhammad

Ilustrasi (NU Online)

Jakarta, NU Online
Wakil Dekan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abdur Rozaki menyebutkan, Maulid Nabi dapat menjadi momentum mengambil teladan Nabi. Pasalnya dalam konteks tertentu masyarakat sekarang hampir tidak jauh berbeda sebenarnya dalam konteks moral Arab jahiliyah, jika dilihat dari tiga hal utama.
 
Pertama, masyarakat Arab jahiliyah menjadikan Tuhan sebagai bagaian dari cara memobilisasi kesuasaan. Kedua, prinsip-prinsip ekonomi atau putaran ekonomi yang hanya berkembang di putaran elite, dan Sangat abai dengan putaran ekonomi masyarakat luas. Ketiga, politik ashabiyah yaitu begitu kentalnya politik kekerabatan. Politik jenis ini menciptakan mentalitas komunal yang sangat kuat, yang kadang mengabaikan aspek moral kepentingan umum dalam relasi sosial masyarakat. 
 
"Dalam konteks masyarakat Arab jahiliyah itulah Muhammad menciptakan terobosan yang sangat luar biasa dengan apa yang disebut revolusi tauhid," kata Rozaki dalam wawancara khusus dengan NU Online.
 
Menurut Rozaki, revolusi tauhid yang dibawa Nabi mengandung tiga aspek penting, yakni transendensi, emansipasi, dan liberasi. Transendensi bisa dilihat dalam konsep takwa. Sebelumnya, dalam konsep patriarki di masyakarat Arab, laki-laki itu selalu memperoleh keistimewaan. Tetapi, konsep patriarki yang sangat kuat berlaku dalam masyarakat Arab itu dirobohkan melalui pendekatan tauhid transendensi, melalui konsep takwa.
 
"Takwa itu tidak mengenal jenis kelamin, takwa itu tidak mengenal ras, takwa itu tidak mengenal sukuisme. Siapa orang yang memiliki peribadatan, spiritualis yang kuat untuk mengabdi kepada Allah, untuk mengabdi kepada kemanusiaan maka dia mencapai derajat takwa," terangnya.
 
Kemudian tauhid dalam konsep emansipasi dalam ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak ada perbedaan ras, warna kulit, dan dari sisi harta. Semua orang dalam ajaran Islam adalah sama, yakni memiliki kesederajatan. Karena itu implikasi dari ajaran ini tidak ada konsep perbudakan.
 
"Misalnya seperti Bilal. Ketika dia masuk Islam dia setara dengan majikannya. Majikannya siapa? Abu Bakar misalnya. Abu Bakar begitu menghormati Bilal meskipun dulu pernah menjadi budaknya," ia mencontohkan.
 
Selanjutnya revolusi tauhid dalam makna liberasi, dapat dilihat terutama dalam konteks ekonomi. Karena itu dalam Al-Qur'an ada konsep baru tentang harta. Kalua warga masyarakat saat sebelum Islam datang masih mengenal konteks awal pajak. Orang kaya dipaksa oleh sistem untuk membayar pajak. Pajak sebagai pendekatan yang bersifat materi tidak profan yang tidak memiliki konsep ukhrawi atau konsep kesucian.
 
"Nah Al-Qur’an membalik konsep harta itu harus di-tasaruf-kan, harus dizakatkan, harus disucikan dengan dikeluarkan," ujar Rozaki.
 
Hal itu diperkuat, lanjut dia karena di dalam ajaran Islam disebutkan, Di balik hartamu ada hak orang miskin. Ketika umat Islam memberikan harta baik melalui zakat, sedekah, infak kepada masyarakat atau kepada institusi di dalam masyarakat, hal itu sebenarnya merupakan panggilan kesucian, dan di situlah kekuatan islam.
 
"Jadi ada retribusi ekonomi yang dahsyat, yang kuat, sehingga masyarakat merasakan ekonomi bersama yang lebih berkeadilan. Ini revolusi tauhid dalam makna liberasi, membebaskan masyarakat dari belenggu struktural ekonomi yang menindas. Ini yang dilakukan oleh Nabi, ini teladan Nabi, ini moral baru yang dikembangkan oleh Nabi dalam masyarakat Arab yang pada akhirnya menginspirasi juga masyarakat-masyarakat yang lain ketika pada akhirnya memeluk Islam," tegasnya.
 
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi