Nasional

Terkait Pancasila, Ini Tugas IPNU kepada Pelajar

Jum, 2 Agustus 2019 | 20:00 WIB

Terkait Pancasila, Ini Tugas IPNU kepada Pelajar

Sekretaris Lembaga Pendidikan Maarif Harianto Oghie

Jakarta, NU Online
Para pelajar Indonesia akhir-akhir ini tidak mendapatkan porsi mempelajari Pancasila lebih mendalam. Tak ayal, banyak di antaranya yang mulai mempertentangkan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara dengan lainnya.

Padahal, pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus tokoh perintis kemerdekaan Indonesia KH Hasyim Asy’ari telah menegaskan bahwa agama dan nasionalisme merupakan dua kutub yang beriringan.

“Agama dan negara dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme bagian dari agama. Keduanya saling menguatkan,” kata Sekretaris Pengurus Pusat (PP) Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Harianto Oghie saat mengisi Focus Grup Discussion (FGD) bertema Pancasila dan Pencegahan Radikalisasi yang digelar oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Gedung PBNU lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (2/8).

Oghie menjelaskan bahwa Islam itu agama, sedangkan Pancasila adalah ideologi berbangsa dan bernegara sehingga keduanya tidak saling bertentangan dan berbeda. Pemahaman demikian, menurutnya, harus disampaikan oleh para kader IPNU dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). “Itu tugasnya adik-adik saya yang ada di IPNU IPPNU untuk melakukan itu,” ujarnya.

Pria yang pernah aktif di IPNU Pinrang itu juga menegaskan bahwa IPNU harus mampu memperjuangkan agar kurikulum ke depan juga memuat Pancasila secara mendalam dan  mensosialisasikan falsafah negara yang sudah final tadi. Sebab, Pancasila, menurutnya, merupakan payung kebangsaan kita.

“Sisi inilah (pengajaran Pancasila) yang harus diambil oleh rekan-rekanita,” katanya.

Di samping itu, dalam mencegah radikalisme, menurutnya, setidaknya IPNU harus melakukan enam hal, yakni menanamkan jiwa nasionalisme melalui media agama, menanam nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, berpikiran terbuka dan toleran, waspada terhadap provokasi dan hasutan, berjejaring dalam komunitas positif dan perdamaian, dan menjalankan aktivitas keagamaan dengan toleran.

“Kalau enam ini tidak tergarap, jangan berharap Pancasila akan bertahan,” tegasnya.

Masuknya IPNU di berbagai sekolah, katanya, jangan sekadar sebagai simbol yang hanya dikenakan di setiap pelajar, tetapi substansi pemahaman keagamaan dan kenegaraannya juga harus dapat diterima oleh mereka. “Jangan cuma emblemnya saja, tapi esensinya tidak masuk. Itulah pintu awal menguatkan Islam ahlussunah wal jamaah yang menusantara,” pungkasnya.
 
Kegiatan ini juga menghadirkan Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Noer Fajrieansyah. Hadir pula sebagai peserta, para kader dan pengurus IPNU dan IPPNU dari berbagai tingkatan di wilayah Jakarta. (Syakir NF/Abdullah Alawi)