Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif Said Aqil Siroj (SAS) Institute M Imdadun Rahmat menyebut bahwa konflik yang terjadi di Papua karena banyak faktor.
"Tidak ada single factor dalam konflik ini," kata Imdad di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (13/12) malam.
Faktor-faktor itu antara lain, hasrat kekuasaan dari kelompok bersenjata, ketidakadilan ekonomi, dan adanya kepentingan negara lain yang ingin mendapatkan kekayaan terhadap sumber daya alam yang ada di Papua.
"Jadi konflik ini ada berbagai faktor yang menjadi latar belakang," kembali Imdad menegaskan.
Namun, lanjut pria yang menjabat sebagai Ketua Komnas HAM periode 2016-2017 itu, apa pun faktor yang melatarbelakanginya, konflik harus segera diselesaikan,
"Kalau ada kenyataan eksploitasi ekonomi, ya bagaimana Papua dibangun tanpa ada unsur eksploitasi. Bagaimana pembangunan di Papua termasuk investasi, eksplorasi sumber daya alam itu tidak hanya menguntungkan orang lain, tetapi juga menguntungkan rakyat Papua," ucapnya.
Ia berharap, ke depan sering terjadi dialog antara kelompok bersenjata dan pemerintah dalam membahas setiap persoalan yang muncul. Penyelesaian konflik Papua secara keseluruhan harus menggunakan pendekatan dialog.
Namun untuk kasus penembakan kelompok bersenjata terhadap pekerja proyek PT Istaka Karya yang terjadi di Kabupaten Nduga, Papua sehingga menghilangkan 31 nyawa itu, pihaknya meminta aparat agar agar menindak secara hukum.
"Kalau kaitan dengan kekerasan ini, tidak ada ruang untuk dialog-dialog lagi. Wong pembunuhan sipil kok dialog," jelasnya. (Husni Sahal)