Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Dr KH Asep Saifuddin Chalim mendorong Mendikbud Muhadjir Effendy untuk memikirkan dampak yang akan ditimbulkan jika kebijakan sekolah lima hari diterapkan. Salah satunya ialah semakin tingginya ongkos dan biaya yang harus dikeluarkan orang tua murid.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah itu, secara ekonomi pemberlakuan jam belajar sampai sore akan memberatkan bagi orang tua maupun sekolah.
Ia menjelaskan, orang tua yang memiliki latar belakang ekonomi yang kurang mampu harus menambah anggaran untuk anak-anaknya karena anak harus makan siang.
“Begitu pula sekolah harus menyediakan makan siang yang anggarannya bersumber dari orang tua, sedangkan negara sendiri tidak menyediakan anggaran untuk hal tersebut,” ujar Kiai Asep, Senin (12/6) usai halaqoh pendidikan di Gedung PBNU Jakarta.
Dia pun mengungkapkan bahwa tingkat ekonomi orang tua yang menyekolahkan siswa di sekolah negeri tidak semuanya mencukupi. Bahkan sebagian dari mereka memanfaatkan fasilitas pendidikan gratis dan beasiswa yang disediakan pemerintah.
Menurutnya, ongkos dan anggaran yang makin membangkak tersebut tidak menjadi masalah jika diterapkan di sekolah favorit berbiaya tinggi karena sebagian besar dari mereka ada pada tingkat menengah ke atas.
Hal itu merujuk kepada sekolah lima hari sebagai sebuah kebijakan nasional. Jika melihat full day school dan sekolah lima hari yang sudah diterapkan beberapa sekolah di Indonesia, sistem tersebut tidak harus dijadikan kebijakan yang mengikat, tetapi diserahkan dan disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. (Fathoni)