Nasional HAUL KE-10 GUS DUR

Rembug Budaya Digelar di Masjid Gus Dur

Sab, 28 Desember 2019 | 05:12 WIB

Rembug Budaya Digelar di Masjid Gus Dur

Rembug budaya dalam rangka Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Masjid Jami Al-Munawaroh, Jl Warung Sila No 10 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12). (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)

Jakarta, NU Online
Rembug budaya yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digelar di Masjid Jami Al-Munawaroh, Jl Warung Sila No 10 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12).
 
Hadir dalam acara tersebut, Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, putri sulung Gus Dur Alissa Qathrunnada Wahid, putri bungsu Gus Dur Inayah Wulandari Wahid, Menag Kabinet Kerja (2014-2019) Lukman Hakim Saifuddin, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, dan Dosen UI Saras Dewi. Acara ini dimoderatori Nitia, wartawan Kompas.
 
Dalam sambutannya, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, dalam kesempatan tersebut berbicara mewakili Gus Mus. "Beliau seharusnya yang berbicara dalam forum ini. Saya hanya badal saja. Jadi, lebih rincinya tanya sama beliau nanti," kata Lukman mengawali paparan.
 
Kebudayaan itu, lanjut Lukman, adalah agama yang mengejawantah. "Saya termasuk orang yang berpandangan bahwa kebudayaan itu positif. Sebab, ia merupakan kristalisasi pemikiran masyarakat," jelasnya.
 
Putra Menag KH Saifuddin Zuhri ini menambahkan, kebudayaan merupakan olah rasa, jiwa, kata, dan lain sebagainya. "Nah, karenanya kebudayaan itu menurut hemat saya, bicara tentang kemanusiaan itu bicara agama. Inti pokok semuanya adalah tentang kemanusiaan," terangnya.
 
Dalam kesempatan yang sama, Saras Dewi mengatakan, masyarakat perlu diajari bagaimana menggunakan media sosial dengan baik. Salah satunya kecepatan mengunggah kabar berita.
 
"Dari mana kita menggali kearifan lokal, ketika kecepatan informasi menjadi hal yang sangat dinanti," kata dia.
 
Senada dengan Saras Dewi, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono mengatakan, media sosial menjadi wahana baru kebudayaan kita. Oleh karena itu, kita harus menggunakannya dengan baik dan bijak.
 
Hingga berita ini ditulis, Rembug Budaya masih berlangsung meriah. Diskusi sangat hidup terbukti dari banyaknya hadirin yang tunjuk jari bertanya antara lain, politisi Mardani Ali Sera. Dalam komentarnya, ia mengatakan, Rembug Budaya merupakan tradisi kita.
 
"Apalagi Rembug ini dilakukan di masjid. Ini jelas tradisi NU yang tidak boleh hilang," kata dia.
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Muhammad Faizin