Nasional

Rektor Universitas Ez-Zitounah 'Catat' Konsep Kebangsaan Indonesia

NU Online  ·  Senin, 21 Januari 2019 | 14:15 WIB

Rektor Universitas Ez-Zitounah 'Catat' Konsep Kebangsaan Indonesia

Syekh Hichem Grissa dan KH Said Aqil Siroj

Jakarta, NU Online
Pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari menggaungkan semboyan Hubbul Wathan Minal Iman, nasionalisme bagian dari iman. Hal itu menunjukkan bahwa agama dan negara itu tidak terpisahkan.
 
"Agama dan Negara itu tidak terpisah, tapi bersatu," kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kepada Syekh Hichem Grissa, Rektor Universitas Ez-Zitounah, Tunisia, saat berkunjung ke kantor PBNU di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (21/1).
 
Lebih lanjut Kiai Said menjelaskan, putra Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, yakni KH Abdul Wahid Hasyim, adalah orang yang menyepakati bahwa Indonesia bukanlah negara Islam, melainkan negara berperadaban dengan berbagai agama di dalamnya.
 
"Engkau Muslim, maka wajib Nasionalis. Engkau Nasionalis, maka wajib religius," kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, itu.
 

DIskusi Syekh Hichem Grissa dengan KH Said Aqil Siroj


Syekh Hichem pun mengulang pernyataan Kiai Said itu. Lalu ia pun berkata, "Ini (pernyataan Kiai Said di atas) ditulis (diingat-ingat) agar tidak lupa."
 
Pada kesempatan itu Kiai Said menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara Muslim besar. Jumlah tarekat di Indonesia juga paling banyak di dunia daripada negara lainnya, yakni 45 tarekat. Ada Tijaniyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Syathariyah, Syadziliyah, Khalidiyah, Samaniyah, dan sebagainya.
 
Mendengar Syadziliyah disebut, Syekh Hichem langsung menyambut bahwa Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyah berasal dari Tunisia. Ia juga menyampaikan bahwa para ahli tasawuf itulah yang menjaga agama.
 
"Orang tasawuflah yang menjaga agama," jelasnya.
 
Di akhir pertemuan, Kiai Said dan Syekh Hichem menandatangani nota kesepahaman kerjasama antara PBNU dan Universitas Ez-Zitounah dalam bidang pendidikan, yakni pertukaran dosen, mahasiswa, dan beasiswa doktoral bagi Nahdliyin untuk berkuliah di salah satu kampus Islam tertua di dunia itu. (Syakir NF/Muhammad Faizin)