Nasional

Rekor Muri Bukan Target, Nusantara Mengaji Ingin Mengembalikan Budaya Mengaji

NU Online  ·  Kamis, 23 Juni 2016 | 00:10 WIB

Jember, NU Online
Gerakan Nusantara Mengaji berhasil memecahkan rekor dengan jumlah khataman 342.000 kali yang dilakukan lebih dari 3 juta orang di 34 propinsi dengan 67.865 lokasi. Menurut Ketua Umum Museum RekorIndonesia (Muri), Jaya Suprana, rekor tersebut bahkan layak masuk rekor dunia dengan jumlah khataman terbanyak dalam waktu yang singkat dan serentak.

Jember patut berbangga lantaran alun-alun Jember menjadi saksi sejarah dimulainya gerakan mengaji tersebut. Di tempat itulah pembukaan Nusantara Mengaji digelar, dengan melibatkan tak kurang dari 35.000 jamaah.

Menurut mantan Koordinator Gerakan Nusantara Mengaji Kabupaten Jember, H. Miftahul Ulum, rekor Muri  sama sekali bukanlah target dari kegiatan tersebut. Targetnya adalah bermunajat kepada Allah agar bangsa Indonesia selamat dari segala bencana. Bersamaan dengan itu diharapkan gairah mengaji juga meningkat di kalangan masyarakat.

Dulu, katanya, mengaji Al-Qur’an menjadi kegiatan rutin anak-anak  dan remaja menjelang sore. Saat magrib, rumah-rumah sepi dari anak-anak karena mereka pergi ke mushala untuk belajar mengaji. Bahkan tak jarang mereka bermalam di mushalla, baru pulang pagi hari sehabis Subuh dan bersih-bersih pekarangan sang kiai. Kini pemandangan seperti itu sudah hilang. Budaya mengaji tenggelam di tengah pusaran arus budaya global.

"Terus terang kondisi sekarang ini merisaukan kita semua. Karena itu, dengan Nusantara Mengaji, Kami ingin menggembalikan budaya mengaji di kalangan anak-anak  dan remaja yang  sudah mulai pudar," ujar Ulum kepada NU Online via sambungan telelpon, Rabu (22/6).

Kegundahan serupa juga dirasakan oleh Rais Syuriyah PCNU Jember, KH. Muhyiddin Abdusshomad. Menurutnya, semangat Nusantara Mengaji tidak boleh hanya terpaku di acara seremonial, tapi juga harus berlanjut di tataran kehidupan masyarakt. Guru ngaji, kiai kampung dan tokoh NU diharapkan ikut terus mendorong kembalinya budaya mengaji di kalangan anak-dan remaja.

"Kita berharap Nusantara Mengaji itu menjadi gong kembalinya budaya mengaji yang sesunguhnya di masyarakat," tuturnya.

Kegundahan yang mendera Ulum dan Kiai Muhyiddin, sesungguhnya  mewakili kegundahan kita semua. Ketika budaya mengaji sudah luntur dari dinding kehidupan anak-anak dan remaja, di situlah keburaman masa depan bangsa dimulai. Nusantara Mengaji setidaknya menjadi momentum untuk mendorong kembalinya budaya tersebut. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)