Brebes, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar NU, KH Subkhan Makmun mengatakan, pemimpin dzalim yang memimpin selama 100 tahun masih lebih baik ketimbang perang sehari. Dalam artian nilai perdamaian sangat mulia dan mahal harganya.
Untuk itu, jagalah perdamaian dunia jangan sampai terjadi perang baik dalam skala kecil maupun besar. Perang telah memporakporandakan kehidupan yang berakibat fatal dan membutuhkan perbaikan hingga lebih dari seratus tahun.
“Jangan lagi mengobarkan kebencian yang menyulutkan perang dengan berita hoaks, finah dan adu domba,” kata Kiai Subkhan saat menyampaikan tausiyah pada peresmian Gedung Bedah Central RSUD Brebes, Rabu (14/3).
Pengasuh Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes ini tidak habis pikir dengan kelompok yang mengatasnamakan Islam tetapi selalu mengobarkan perang. “Padahal Islam itu agama perdamaian, keselamatan dan rahmatan lil alamin,” katanya.
“Indonesia Islamnya santun, masak mau diacak-acak dengan paham-paham kekerasan? tandasnya. Ketahuilah bahwa setiap kebaikan adalah nikmat, dan meraih kebaikan di akhirat, jauh lebih utama, lanjutnya.
Disiplin dalam bekerja, merupakan kebaikan di mata pimpinan maupun di hadapan Yang Maha Kuasa. “Tidak disiplin dalam bekerja, sama halnya tergolong kelompok orang yang tidak shaleh,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Kiai Subkhan mengingatkan tidak berpikiran untuk diri sendiri saja dengan perbuatan yang menguntungkan. “Tetapi bekerjalah sesuai aturan, tanamlah kebaikan-kebaikan, maka akan dipetik hasil positif hingga sampai anak cucu,” katanya.
Seperti pembangunan rumah sakit ini, lanjutnya, tentu tidak hanya untuk masa sekarang. “Tetapi membangun kebaikan untuk meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat Brebes hingga masa mendatang,” urainya.
Di hadapan para pegiat medis, ia mengingatkan kalau kebodohan ibarat api yang merobek kehidupan. Sedangkan ilmu laksana air yang mengubah kehidupan. Maka dengan ilmu, akan bertindak selalu mendamaikan, adem, serta ramah.
“Tanda-tanda tenaga medis yang berilmu, maka bila bertemu pasien akan menyapa dengan salam dan mengembangkan senyum, tidak judes, apalagi jutek dan galak,” terangnya.
Dalam pandangannya, di rumah sakit juga banyak bertebaran dzikir dan doa dari seluruh keluarga dan handai taulan yang berkunjung.
“Dengan kesadaran akan keterbatasan manusia, maka manusia makin dekat dengan Allah, sesama, dan alam sekitar,” katanya.
Di akhir uraian, Kiai Subkhan menyampaikan harapan sekaligus doa. “Semoga, masyarakat Brebes bisa saling menghargai, tolong menolong, saling pengertian, menjaga keterbukaan dan keterpaduan,” pungkasnya. (Wasdiun/Ibnu Nawawi)