Nasional JELANG MUKTAMAR KE-34 NU

Prof Nuh Tekankan Jiwa Muktamar adalah Musyawarah

Kam, 25 November 2021 | 20:25 WIB

Prof Nuh Tekankan Jiwa Muktamar adalah Musyawarah

Ketua Tim Pengarah Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) Prof Muhammad Nuh. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Tim Pengarah Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) Prof Muhammad Nuh menekankan, gelaran muktamar harus dilakukan secara sejuk dan penuh dengan musyawarah. Sebab menurutnya, jiwa dari muktamar adalah musyawarah.


“Musyawarah itu harus dikedepankan dulu sampai total. Baru kalau tidak ada cara lain, barulah voting,” kata Prof Nuh dalam Webinar Pra-Muktamar bertajuk Proyeksi Kemandirian NU Menuju Abad Kedua, Kamis (25/11/2021).


Lebih jauh, ia mengajak agar para muktamirin dapat mengindari pertengkaran. Jika terjadi pertengkaran, kata Prof Nuh, NU akan kehilangan tiga hal sekaligus yaitu energi, kesempatan atau peluang, dan keberkahan.


“Keberkahan itu ikut hilang. Saya kira ini harus kita dorong. Kalau ada apa-apa, ayo kita musyawarah. Usia 100 tahun tidak bisa musyawarah? Kan sudah sangat senior,” jelas Prof Nuh.


Ia juga mengingatkan, kalau NU ingin memiliki kemandirian di usia satu abad maka harus memainkan peran strategis untuk memungkinkan segala hal yang tidak mungkin. Menurutnya, jika NU masih bekerja di wilayah yang 'mungkin' maka tidak akan pernah menemukan terobosan.


“Harus kita geser, yang biasa bekerja di wilayah 'mungkin' maka sekarang mencari wilayah yang 'tidak mungkin' untuk dimungkinkan. Kalau itu bisa, insyaallah (kemandirian NU) segera terwujud,” katanya.


Saat ini, ia menekankan bahwa NU harus segera melakukan transformasi aset yang bersifat intangible (tak berwujud) menjadi aset berwujud dan kekuatan yang nyata. Pernyataan ini didapat saat Prof Nuh bersilaturahmi dengan KH Ma’ruf Amin sebagai Ketua Majelis Tahkim Muktamar Ke-34 NU.


“Saat bersilaturahmi dengan Kiai Ma’ruf disampaikan, jangan bolak-balik urusan resolusi jihad. Karena itu yang dapat pahala mbah-mbah kita dulu, karena beliau-beliau itu yang melakukan. Tapi sekarang apa yang dilakukan? Itu artinya, resolusi jihad adalah intangible asset. Sekarang saatnya kita konversi menjadi real asset dan real power,” katanya.


Sebagai Ketua Pengarah Muktamar NU, Prof Nuh menjelaskan bahwa saat ini ia sedang membangun berbagai pemikiran strategis dengan mengundang para ahli dari kalangan pesantren, badan otonom, perguruan tinggi, atau orang per orang untuk diajak memikirkan strategi NU dalam memasuki 100 tahun kedua.


“Jadi ini sangat serius. Supaya kalau mesin-mesin ini bergerak dan beliau-beliau berkenan menyampaikan pandangan sehingga menambahkan ownership (rasa kepemilikan). Itu mahal,” katanya.


Karena melihat jauh ke depan maka NU saat ini harus mampu memahami berbagai faktor yang ikut mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, termasuk pemanfaatan berbagai sumber daya yang dimiliki.


Kemudian hal itu dirumuskan, seperti tujuan NU yang sudah ada di qanun asasi atau AD/ART yang mampu diterjemahkan secara kekinian. Dari situ, barulah dibuat program strategis untuk jangka panjang atau program kerja lima tahunan yang semuanya itu bisa diukur dan terukur.


“Kita ingin memasuki era 100 tahun ke depan ini, kita harus manageable, menggunakan pendekatan-pendekatan manajemen modern. Jadi semuanya bisa diukur dan terukur,” pungkas Prof Nuh.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin