Nasional

Produktivitas Karya Tulis Pesantren Menurun

NU Online  ·  Jumat, 21 November 2014 | 03:04 WIB

Bogor, NU Online
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Prof Abdurrahman Mas’ud mengatakan, akhir-akhir ini dunia tulis-menulis di kalangan pesantren cenderung menurun. Para kiai di pesantren jarang menulis buku atau karya tulis lainnya. Ini jauh berbeda dengan kondisi para ulama pada sekitar abad ke-19.
<>
“Ketika itu, karya-karya tulis para ulama banyak diterbitkan di Saudi dan Turki, selain di Indonesia sendiri. Karya ulama zaman dulu yang monumental antara lain Tafsir al-Munir li Ma’alim at-Tanzil atau Tafsir Marah Labid (Syekh Nawawi al-Bantani) dan Manhaj Zhawi an Nazhar (Syekh Mahfudz al-Tirmasi), sebuah tafsir atas Manzhumat ‘Ilm al Atsar karya Abdurrahman al-Suyuthi,” paparnya.

Mas’ud menyampaikan hal itu saat memberi pengarahan dalam seminar “Hasil Pengembangan Karya Tulis Ilmiah Santri” di Hotel M-One Jalan Raya Jakarta-Bogor Km 49,5 Cimandala Sukaraja Bogor, Kamis (20/11), yang digelar Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puspenda) Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Mas’ud menambahkan, sekarang ini belum ada lagi penulis produktif dari kalangan ulama setelah Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudh. “Yang menarik, adalah kitab Thariqatul Hushul ala Ghayatil Wushul karya Kiai Sahal Mahfudh, sebuah penjelasan dari kitab Ghoyatul Wushul karya Syekh Abu Zakariya al-Anshori,” tegasnya.

Menurutnya, pemeliharaan tradisi keilmuan meliputi menulis dan membaca kitab kuning sebagai salah satu fungsi pesantren diwujudkan dalam bentuk aneka karya tulis. Sebagai penulis produktif, ulama zaman dahulu melahirkan karya besar. Sayangnya, masih banyak yang belum dibukukan sebagai warisan kepada generasi penerus. Bagi Mas’ud, kaderisasi penulisan yang dilakukan Puspenda sangat penting untuk melahirkan penulis baru yang handal.

Mas’ud secara khusus memberikan selamat dan apresiasi kepada para santri yang terpilih dalam 10 besar. Ia berharap mereka makin berkembang kemampuan menulisnya. “Saya berharap adik-adik santri yang terpilih ini menjadi penulis handal di masa depan. Saya tahu, tidak mudah dalam proses penulisan tersebut. Yang jelas, all beginning is difficult. Banyak pemula yang sampai berdarah-darah saking sulitnya,” seloroh Mas’ud. (Musthofa Asrori/Mahbib)