Peta Jaringan Intelektual Ulama Sulawesi Abad 20
NU Online · Selasa, 13 Agustus 2019 | 01:30 WIB
Mereka yang membangun jaringan intelektual dengan ulama Timur Tengah secara umum belajar di tanah suci Makkah dan setalah merasa cukup mereka pulang ke daerah asalnya dan aktif menyebarkan serta mengabdikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan cara pengajian kitab, halaqah keagamaan, dan bahkan ceramah agama di majelis-majelis keagamaan. Di antara ulama yang menempuh jalan ini adalah Gurutta/Gurunta Haji (GH) Abdurrahim/Cella’ Panrita, GH Muhammad Said Maulana, GH Paharuddin, GH Syamsuddin, GH Asnawi, dan GH Zainuddin.
Selain itu, berasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2018 itu, para ulama yang menempuh jaringan keulamaan dengan cara 'kekerabatan antara para Sayyid' adalah keturunan Sayyid Abd Hamid Petta Sampa dan Sayyid Abd Rahim Puang Raga. Kedua ulama ini memiliki hubungan kekeluargaan yang cukup dekat dengan para Sayyid di tanah suci Makkah. Dalam proses penyebaran agama Islam, mereka (beserta anak cucunya hingga sekarang ) membangun masjid, pesantren, dan majlis-majlis taklim yang diperuntukkan umum kepada masyarakatnya. Sehingga dari ini, proses penyebaran ilmu pengetahuan terus berlangsung di tengah-tengah masyarakatnya hingga membentuk suatu jeringan intelektual yang khas.
Di daerah lain, jaringan intelektual keulamaan juga dapat dilihat pada proses pendidikan yang ada di Kabupaten Polewali Mandar. Di daerah Mandar ini terdapat dua titik sentral proses penyebaran ajaran Islam. Pertama, di daerah Campalagian yang berpusat di Masjid Raya Campalagian. Jaringan keulamaan dan proses pendidikan yang berlangsung di Masjid Raya ini dimulai sejak KH Abdul Hamid sebagai perintis dan dibantu oleh Sayyid Alwi bin Abdullah bin Sahl. Sepeninggalan KH Abdul Hamid, proses pengajaran dilanjutkan oleh menantunya, KH Maddappungan yang didampingi oleh seorang ulama dari Makkah, yaitu Syekh Hasan Yamani.
Kedua, jaringan ulama yang ada di daerah Pambusuang berpusat di Masjid At-Taqwa. Di daerah ini, proses pengajaran ilmu agama dilaksanakan secara turun-temurun oleh keturunan-keturunan Syekh Ady (Guru Ga’de). Kaderisasi ini mencapai puncak berkembangnya pada periode Imam KH Syahabuddin. Namun nasih kurang baik, karena KH Syahabuddin di tengah-tengah perjalan dakwahnya ditangkap oleh pihak Kolonial Belanda.
Selain jaringan keulamaan yang telah dijabarkan di atas, di daerah Majene terdapat jaringan keulamaan yang sangat kuat dengan daerah luar Sulawesi, seperti ke Makkah, Sumatera, Jakarta, Mangkoso, dan Salemo. Tokoh-tokoh ulama di daerah ini adalah KH Muhammad Shaleh, KH Muhammad As’ad Alias KH Daeng, KH Ahmad Ma’ruf, dan beberapa tokoh terkemuka lainnya.
Penulis: Ahmad Fairozi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua