Nasional

Pesan Gus Miftah untuk Para Anak Muda dan Dai

Jum, 3 Juli 2020 | 10:15 WIB

Pesan Gus Miftah untuk Para Anak Muda dan Dai

KH Miftah Maulana Habiburrahman (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Anak muda dan generasi milenial kerap menjadi sasaran kelompok radikal dan takfiri karena kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama. Apalagi, pesatnya perkembangan teknologi saat ini memungkinkan generasi muda dapat mempelajari agama tanpa seorang guru melalui dunia maya.


Hal itu disampaikan tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) KH Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah. Ia mengatakan bahwa dirinya saat ini memang melihat adanya pemahaman yang kurang dalam memahami agama khususnya dari kalangan generasi muda. Apalagi kalau generasi muda tersebut memahami agama melalui dunia maya atau media sosial (medsos).


Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa pemahaman yang salah dan kurang tentang agama ini harus diluruskan. Dan tentunya juga dalam meluruskannya pun harus dengan cara-cara atau metode yang relevan sesuai dengan kondisi saat ini.


Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan generasi ini adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama yang moderat dan toleran sebagai semangat dari Islam yang Rahmatan lil Alamin kepada generasi muda.


Karenanya ia mengimbau anak muda untuk tidak salah memilih akun media sosial yang di-follow untuk media pembelajaran agama.


"Tolonglah follow tokoh-tokoh atau akun-akun yang menentramkan. Kita boleh berguru kepada siapa pun tapi tentunya kepada guru yang bisa menyelamatkan kita bukan yang malah menjerumuskan,”  ujar Gus Miftah.


Memilih kiai atau ustad menurut Gus Miftah sangat krusial dalam menentukan sikap keagamaan seseorang. Jika memilih guru yang mengajarkan Islam ramah, niscaya ia akan menjadi ramah. Sebaliknya seseorang yang memilih guru agama yang kerap mengajarkan kekerasan, lambat laun akan terpengaruh.


"Maka dari itu pilihlah kiai dan ustad yang mengajarkan Islam secara ramah dan menyenangkan. Tinggalkan paham-paham yang mengajak kepada radikalisme,  terorisme, kekerasan dan sebagainya,” tegas pria yang pernah aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Yogyakarta itu.


Ia mengajak agar kelompok anak muda menghindari dakwah agama yang salah. Cirinya, menurut Gus Miftah tak sulit. Biasanya, saat agama dibentur-benturkan dengan nilai kebangsaan, atau saat dakwah Islam membolehkan kekerasan.


“Karena memang agama tidak identik dengan kekerasan. Maka dari itu dakwah yang saya lakukan selama ini adalah membudayakan agama, bukan meng-agamakan budaya. Ini tetap beragama Islam sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits tetapi dengan karakteristik bangsa Indonesia,” kata Gus Miftah.

 

Pesan untuk Para Dai
Sebaliknya, ia meminta para dai untuk mendekati anak muda untuk menyebarkan Islam Rahmatan lil Alamin. Caranya adalah dengan menggunakan platform media sosial. Karena anak muda lebih bisa dijangkau dengan platform tersebut dari pada pengajian offline.


Ia menambahkan, bahwa media sosial yang merupakan bagian perkembangan zaman harus digunakan dengan maksimal untuk media dakwah.


"Karena metode dakwah itu sendiri memang selalu berkembang. Zaman kanjeng nabi bil lisan melalui lisan, zaman sahabat sudah melalui tulisan bil qalam, zaman walisongo bil budaya dan hari ini bil medsos atau dakwah melalui medsos,” ucap alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.


Maka dari itu dirinya meminta kepada para dai-dai yang ramah ini juga jangan sampai ketinggalan dengan era yang serba maju. Jangan sampai ketinggalan dalam menggunakan medsos untuk mendakwahkan Islam yang ramah.


“Maka dari itu kenapa saya ajak dai-dai yang ramah ini untuk menggunakan medsos. Karena kadang-kadang kita ini ketinggalan sama mereka. Maka kita berlomba-lomba disitu. Dan alhamdulillah saya ini termasuk orang yang sangat giat di medsos baik di Instagram, Facebook, maka saya kalau live disaksikan oleh ribuan orang saya pikir hal seperti ini sangat efektif,” ujarnya mengakhiri.


Selain memperhatikan media dakwah, ia juga mengatakan pentingnya menyampaikan agama dengan cara yang menyenangkan. Sebab kesenangan adalah hal yang banyak dicari terutama oleh anak muda.


“Saya sering mengatakan begini, orang yang datang ke dunia malam itu orang susah yang mencari senang. Kenapa mereka mencari kesenangan di tempat hiburan malam? Karena mereka tidak mendapatkan kesenangan di tempat pengajian. Maka kemudian jadikanlah pengajian itu pengajian yang menyenangkan agar mereka mau datang. Kita sentuh hatinya, itu pendekatan yang saya lakukan,” ungkapnya.


Untuk menunjukkan agar Islam sebagai agama yang menyenangkan, ia mengatakan, tidak ada pilihan lain selain menunjukkan akhlak yang menyenangkan, bukan akhlak menakutkan.


“Kita memahami Islam itu Rahmatan lil Alamin, bukan Rahmatan lil Muslimin. Rahmat, kasih sayang untuk semua alam, siapapun. Bukan rahmat hanya untuk orang Islam saja. Maka tampakkanlah Islam dengan akhlak yang menyenangkan, Bukan akhlak yang menakutkan. Karena dakwah itu mengajak, bukan mengejek. Merangkul, bukan memukul. Dan harus membahagiakan dan bukan untuk menakut-nakuti,”  terang Gus Miftah


Pewarta: Ahmad Rozali

Editor: Muhammad Faizin