Hikmah Pandemi, Dakwah Melalui Medsos Semakin Diminati
NU Online · Senin, 8 Juni 2020 | 21:00 WIB
Afina Izzati
Kontributor
Kudus, NU Online
Pengasuh Pesantren Mansajul Ulum Cebolek-Margoyoso-Pati, Jawa Tengah, Nyai Umdah el-Baroroh mengungkapkan adanya pandemi virus Corona (Covid-19) membawa hikmah tersendiri. Di antaranya, dakwah melalui media sosial (medsos) semakin diminati.
Hal tersebut dikatakan Ning Umdah, sapaan akrabnya, saat didaulat menjadi narasumber acara pra Halaqah Perempuan Ulama ke-2 yang diinisiasi Pusat Studi Pesantren (PSP), Senin (8/6).
“Pandemi ini seolah 'memaksa' pesantren-pesantren melakukan ngaji secara daring. Karena santri sebagian dipulangkan. Serta adanya permintaan dari orang tua untuk tetap diadakan ngaji meskipun sedang di rumah,” ungkapnya.
Menurut dia, hal ini menjadi berkah tersendiri. Sebab, para santri di mana pun berada tetap dapat merasakan ngaji bersama kiai dan ibu nyai yang sebelumnya belum pernah ditemui secara langsung.
Namun demikian, Ning Umdah mengungkapkan, dakwah melalui medsos masih banyak mengalami kendala dari berbagai segi. “Pesantren memiliki kendalan besar. Antara lain, belum semuanya merasa butuh dakwah melalui medsos,” ungkapnya.
Selain itu, menurut dia, tradisi tawadhu’ juga yang membuat seorang kiai merasa ragu untuk melakukan dakwah di medsos.
“Saya awalnya juga merasa begitu. Takut dibilang pamer. Mungkin ini juga dirasakan kiai sepuh yang memiliki tawadhu’ sangat tinggi. Namun, jika sudah terbiasa akan menjadi biasa,” jelas Ning Umdah.
Ia menambahkan, pengajian secara daring yang dilakukannya dapat ditarik pemahaman bahwa pengajian secara tematik akan sangat diminati masyarakat secara umum.
“Saya kemarin melakukan pengajian daring dengan dua jenis, yaitu dengan membaca kitab yang dibaca secara beruntun setiap halaman. Satunya lagi pengajian tematik. Pengajian tematik ternyata lebih menarik perhatian masyarakat karena berhubungan dengan kehidupan mereka yang masih awam,” terangnya.
Ia berharap, pandemi dapat lebih menguatkan dakwah di medsos khususnya bagi perempuan ulama, sebagai suatu kesempatan.
Senada dengan Ning Umdah, Direktur Pusat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Pusat Fisi IPMAFA) Tutik Nurul Jannah menyebutkan, kurangnya kesadaran tentang kebutuhan dakwah di medsos, menjadi salah satu penghambat.
“Seperti perspektif santri yang pulang itu berarti liburan. Bukan mengisi hari dengan mengikuti pengajian secara daring misalnya,” ungkap Ning Tutik, sapaan akrabnya.
Menurut dia, selain perlu mengubah perspektif masyarakat, butuh pembiasaan untuk menjalankan dakwah di medsos.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua