Nasional

Perkuat Narasi Pemilu Damai, Gusdurian Libatkan Pemuda Lintas Iman di Berbagai Kota

Sab, 18 November 2023 | 07:00 WIB

Perkuat Narasi Pemilu Damai, Gusdurian Libatkan Pemuda Lintas Iman di Berbagai Kota

Komunitas Jaringan Gusdurian. (Foto: dok. Gusdurian)

Jakarta, NU Online

Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBBĀ mengadakan pelatihan kampanye narasi pemilu damai di berbagai kota.


Kegiatan bertajuk Meneguhkan Peran Tokoh Agama dalam Melakukan Kampanye Narasi #PemiluDamai tersebut diselenggarakan di tiga wilayah Yogyakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara dengan melibatkan para pemuda lintas agama dan kepercayaan.


Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad menyampaikan bahwa program ini merupakan salah satu upaya Gusdurian untuk memperkuat gerakan masyarakat sipil terutama generasi muda.


Diketahui, pada Pemilu 2024, pemuda digadang sangat menentukan hasil pemilihan sehingga pemuda akan menjadi sasaran kampanye.Ā 


ā€œKami tidak ingin pemuda hanya sebagai objek, namun pemuda harus jadi bagian penting dalam proses politik yang akan berlangsung,ā€ kata JayĀ dalam keterangan tertulis yang diterima NU Online, Jumat (17/11/2023).


Peserta asal Minahasa, Djihan Magfira Rivai mengungkapkan pelatihan ini memberikan banyak hal baru baginya. Ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Sulawesi Utara ini merasa mendapat banyak wawasan terkait media digital.Ā 


ā€œPelatihan ini memberikan insight yang baru terkait isu-isu politik yang provokatif, hoaks, dan lain-lain. Selain itu, saya bisa bertemu dengan relasi yang bermacam latar belakang suku, agama, dan daerah yang sangat berpengaruh dalam membangun pandangan soal keberagaman,ā€ ujar Djihan.


Wildan, salah satu peserta training di Cirebon dari Penghayat Kepercayaan mengaku mendapatkan banyak hal selama proses pelatihan. Selain mendapat jejaring baru dari berbagai latar belakang, dirinya juga merasa mendapat berbagai ilmu baru, terutama terkait kampanye narasi positif di dunia digital.


ā€œKegiatannya seru dan keren. Banyak ilmu baru, salah satunya pemahaman untuk membedakan misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Ini hal yang sangat penting agar tidak mudah percaya pada informasi yang diterima. Harus dicek kebenarannya dengan berbagai cara,ā€ ucapnya.


Sebagai informasi, untuk mengikuti agenda ini, peserta harus melalui tahapan seleksi dengan berbagai syarat seperti aktif di media sosial dengan pengikut minimal 5.000 atau tergabung dalam sebuah komunitas kepemudaan berbasis agama.

 

Total terdapat 330 kandidat peserta lintas iman dan kepercayaan yang mendaftar kegiatan ini. Dari jumlah tersebut, hanya 61 orang yang diterima dan ditempatkan di Yogyakarta (3-5 November), Cirebon (10-12 November), dan Minahasa (14-16 November).


Pelatihan ini membekali para peserta dengan empat aspek bermedia digital, yaitu kecakapan, keamanan, etika, dan budaya digital. Harapannya, pemuda lintas agama bisa menjadi agen utama dalam menyebarkan gagasan positif terutama dalam konteks pemilu damai.Ā 


Pelatihan ini merupakan bagian dari programĀ Social Media 4 Peace yang mendapat dukungan pendanaan dari Uni Eropa dan diadakan di berbagai negara. Secara khusus, proyek ini ditujukan untuk memperkuat ketahanan masyarakat terhadap konten yang berpotensi membahayakan yang disebarkan secara online.Ā 


Selama tiga hari pelatihan, peserta mendapatkan berbagai materi seperti memahami lanskap digital, identifikasi kesalahan informasi, strategi kampanye narasi positif, keagamaan digital, hingga produksi konten narasi damai.Ā 


Materi-materi tersebut disampaikan oleh para ahli dan praktisi yang bergelut di isu-isu tersebut, seperti Iqbal Ahnaf (CRCS), Didiet Saputro (praktisi media sosial), Yekhti Hesthi Murthi (UNESCO Office Jakarta), Dedik Priyanto (islami.co), Sobih Adnan (jurnalis), Fatum Abubakar (Al-Khairat), dan lain sebagainya.

 

Sebagian pemateri merupakan alumni dari Advanced Training bagi tokoh lintas agama yang juga diselenggarakan oleh Gusdurian dan UNESCO pada 20-22 Oktober lalu di Yogyakarta.


Setelah mengikuti kegiatan ini, para peserta akan terlibat dalam kampanye narasi perdamaian di berbagai platform media sosial dan melakukan sosialisasi terkait bahaya hoaks dan jenis-jenis kesalahan informasi di masa pemilu di komunitas dan masyarakat dampingannya.