Nasional HARI GURU NASIONAL

Pergunu Dorong Calon Pemimpin Beri Keadilan untuk Guru

Sab, 25 November 2023 | 05:00 WIB

Pergunu Dorong Calon Pemimpin Beri Keadilan untuk Guru

Ilustrasi guru mengajar. (Foto: Antara)

Jakarta, NU Online

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang bakal calon presiden mulai menyeruak tampil ke publik, menyampaikan janji politik, gagasan, dan pemikiran berbagai bidang pembangunan demi meraih simpati. Di bidang pendidikan, semua bakal calon presiden pun turut menebar janji-janji politik, antara lain tentang peningkatan kesejahteraan para guru dan dosen. 


Diakui, kualitas pendidikan yang bagus tak bisa dilepaskan dari insan tenaga pengajar. Peran guru dinilai sebagai mata rantai kemajuan negara. Pemerintah diharapkan terus membina kualitas guru termasuk meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, dan perlindungan guru.


Wakil Ketua Umum (Waketum) Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Achmad Zuhri menyebutkan setidaknya masih ada empat pekerjaan rumah yang harus dijadikan prioritas calon pemimpin ke depan.


Pertama, peningkatan kesejahteraan guru. Zuhri menilai kesejahteraan guru selama ini masih jauh dari harapan khususnya untuk guru-guru swasta dan honorer. Oleh karena itu, isu kesejahteraan guru menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan.


"Itu yang pertama, kesejahteraan guru jangan hanya jadi jargon-jargon kampanye politik tapi menjadi problematik tersendiri. Kita perlu satu terobosan untuk pemimpin yang akan datang bagaimana kemudian memiliki konsep untuk menyejahterakan guru," kata Zuhri kepada NU Online, Sabtu.


Menurut Zuhri, konsep kesejahteraan guru yang perlu menjadi perhatian para pemimpin ke depan meliputi jaminan hidup, gaji yang layak, dan jaminan sosial.


Kedua, calon pemimpin harus memiliki program pemerataan guru. Zuhri mendorong pembenahan sistem rekrutmen guru mulai dari pembibitan calon guru harus melalui satu pintu yang terkoordinasi, terukur, terformalisasikan secara baik sehingga guru-guru siap secara mental, konsekuensi, dan memiliki tanggung jawab sebagai guru profesional.


Ketiga, pemimpin harus jadi role model untuk guru. Zuhri mengungkapkan problematika yang dihadapi guru cukup panjang, profesi guru acap kali seperti dokter manusia. Artinya, ketika ada sesuatu cacat moral yang amoral bagi generasi bangsa pasti guru yang disalahkan. Padahal tidak semuanya seperti itu. 


Makanya pemimpin ke depan harus menjadi role model artinya secara prinsipil pemimpin apabila di depan memberi teladan, apabila di tengah memberi ilham (inspirasi), apabila di belakang memberi dorongan seperti semboyan Ki Hadjar Dewantara: ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.


"Bagaimana merangsang guru-guru untuk kemudian mematuhi etika profesi tentu dengan keteladanan. Jadi pemimpin-pemimpin ini harus memberikan contoh kepada guru-guru karena problematika guru cukup panjang," jelasnya.


Keempat, perlindungan untuk guru. Pekerjaan rumah selanjutnya bagi pemimpin mendatang yakni bagaimana profesi guru bisa terlindungi menjadi bermartabat dan membanggakan. 


"Jadi anak-anak muda termotivasi untuk menjadi guru karena profesi yang terhormat bermartabat karena itu perlu perlindungan bagi profesi guru," terangnya.


Zuhri menekankan perlindungan terhadap guru perlu menjadi pekerjaan rumah tiap calon pemimpin karena semuanya belum sesuai harapan masih jauh asap daripada panggang.


"Dengan menilik kesadaran pemimpin yang mampu merefleksikan bahwa pentingnya posisi guru untuk masa depan Indonesia sehingga guru harus diutamakan dalam aspek pembangunan bangsa," tandasnya.