Nasional

Pentingnya Jaga Sumber Daya Laut untuk Kehidupan Manusia

Rab, 6 Oktober 2021 | 06:30 WIB

Pentingnya Jaga Sumber Daya Laut untuk Kehidupan Manusia

Menjaga laut sangatlah penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang di dunia, termasuk memperluas kesempatan bagi wanita dan kelompok marginal.

Jakarta, NU Online

Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU), Hijroatul Maghfiroh mengatakan, kesehatan, kekayaan, kesejahteraan dunia dan manusia bergantung pada laut. 


Karenanya, menurut dia, menjaga laut sangatlah penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang di dunia, termasuk memperluas kesempatan bagi wanita dan kelompok marginal. 


Sehingga dunia menjadi tempat tinggal yang lebih baik bagi semua orang, bahkan orang yang tinggal jauh dari laut. Ekonomi laut berkelanjutan jelas penting bagi sektor laut tradisional, seperti perikanan dan pelayaran.


“Kita sering tidak sadar bahwa kehidupan biota laut mampu membantu menyerap karbondioksida. Jika kita merusak biota laut, yang salah satunya dengan membuang sampah ke laut, itu akan mengganggu kehidupan laut dan otomatis kehidupan darat pun akan terganggu, termasuk berdampak pada perubahan iklim,” katanya kepada NU Online, Rabu (6/10/2021).


Tidak seperti halnya bencana tsunami yang dampaknya kadang kadang bersifat katastropis, namun sifatnya hanya sementara. 


Ia mengungkapkan, meskipun perubahan iklim dampaknya sangat lamban dan kronis tapi  hal itu bersifat pasti dan permanen. Sehingga sulit membayangkan seperti apa masa depan Bumi jika tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengerem laju perubahan iklim. Dunia berada di ambang ketidakpastian.


Oleh karena itu, adaptasi perubahan iklim penting untuk mengurangi risiko dan dampak perubahan iklim. Adaptasi dapat berupa seorang petani menanam tanaman yang lebih tahan kondisi kering, minim air, hingga masyarakat pesisir mengevaluasi bagaimana cara terbaik melindungi infrastruktur akibat kenaikan permukaan laut.


“Nah, dalam rangka adaptasi perubahan iklim, para petani, nelayan dan masyarakat Nahdliyin yang bermata pencaharian bergantung kepada cuaca, harus lebih bisa beradaptasi. Sensitivitas terhadap cuaca harus diasah ulang untuk memperhitungkan kapan akan mulai bertanam/melaut,” ungkap koordinator bidang perekonomian PP Fatayat NU itu.


Sementara itu, tambah dia, adaptasi lainnya menghadapi kemarau panjang, diharapkan bisa dilakukan secara inisiatif komunal, misalnya dengan membuat tampungan air, menghidupkan daerah aliran sungai (DAS), dan memperbanyak pepohonan. Tanaman yang ditanam pun harus mulai beradaptasi dengan situasi yang ada.


Dikutip dari The Guardian, tinjauan yang dilakukan terhadap 14.705 survei terumbu karang di 87 negara menemukan bahwa penangkapan ikan telah meningkat secara dramatis sejak pertengahan 1990-an. Penangkapan spesies karang terbesar mencapai puncaknya pada 2002 dan memburuk sejak itu.


Penelitian yang diterbitkan di jurnal One Earth, menemukan bahwa keanekaragaman spesies terumbu telah turun lebih dari 60 persen dan total area pertumbuhan terumbu berkurang sekitar setengahnya. Hal ini beriringan dengan berkurangnya layanan yang disediakan ekosistem untuk populasi manusia.


Disebutkan, terumbu karang adalah sumber makanan penting bagi jutaan orang di seluruh dunia, khususnya bagi masyarakat pesisir yang sumber utama protein hewaninya adalah ikan. Para peneliti khawatir bahwa penurunan ini akan memengaruhi stabilitas pangan di masa depan.


Tyler Eddy, ilmuan peneliti di Memorial University of Newfoundland yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, meski penurunan ekosistem terumbu karang telah lama tercatat di tingkat nasional, ia terkejut dengan besarnya penurunan pada skala global.


"Terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling sensitif di planet ini. Merekalah yang pertama kali mengalami efek perubahan iklim ini. Ada penurunan yang cukup dramatis pada 60-an dan 70-an. Kemudian, pada 80-an masih ada sedikit penurunan, tetapi tidak terlalu curam," kata Eddy.


Tren berkurangnya area pertumbuhan karang pada tingkat nasional terbesar terjadi di Papua Nugini, Jamaika, dan Belize.


Tidak hanya terumbu, spesies yang hidup di terumbu karang juga terkena dampak penurunan. Ikan-ikan yang sensitif dengan suhu juga mengalami penurunan sehingga spesies yang lebih tangguh menjadi dominan.


Kontributor: Syifa Arrahmah

Editor: Fathoni Ahmad