Pengalaman Berharga Sopir Bus Ekspedisi Islam Nusantara
NU Online · Jumat, 29 April 2016 | 21:01 WIB
Selama penjelajahan pulau Jawa selama 27 hari, tim Ekspedisi Islam Nusantara menumpangi bus Blu Bird. Bus tersebut digawangi tiga orang, dua pengemudi yang silih bergantian yaitu Kamin dan Akim. Serta seorang kondektur, Sartono.
Bagi Kamin, perjalanan keliling Jawa adalah hal yang lumrah sehingga dia tak pernah nyasar menuju kota dan kabupaten tempat penjelajahan. Ia kerap kali membawa rombongan ziarah Wali Songo. “Biasanya empat sampai lima hari,” katanya.
Ketika membawa rombongan ziarah, dia hanya sampai parkiran. Namun kali ini terlibat jauh dengan mengikuti dialog dan diskusi yang dilakukan tim Ekspedisi Islam Nusantara dengan ragam narasumber.
Jadi, perjalanan ini, bagi dia, menambah pengetahuan. “Saya baru tahu Kerajaan Islam pertama di Jawa itu Lumajang,” ungkapnya seraya mengaku ingin punya waktu agak longgar bertemu dengan sejarawan NU, KH Agus Sunyoto yang mengungkapkan sejarah itu di pendopo Kabupaten Lumajang.
Kedua, ia mengaku baru memahami tentang siapa Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang. “Selama ini saya mengetahui bahwa Syekh Lemah Abang bermusuhan dengan Wali Songo. Tapi dari perjalanan ini saya baru tahu bahwa dia tidak bermusuhan sama sekali,” jelas pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini.
Pria yang memiliki keterampilan mengendarai mobil sejak usia 16 tahun ini juga pertama kali masuk museum NU di Surabaya. “Dari perjalanan ini baru mengetahui bahwa NU itu besar,” lanjut pria yang kerap di sela-sela senggangnya membaca riwayat singkat seorang tokoh yang diziarahi tim ekspedisi.
Senada dengan Kamin, sopir yang satu lagi, Akim, mengaku wawasannya bertambah. Dia mendapat info-info sejarah Islam di Jawa. Dan hal yang mengejutkan bagi dia adalah adanya makam yang diziarahi tidak hanya orang muslim seperti istrinya Sunan Gunung Jati, Ong Tien di Cirebon dan makam Arya Wiraraja di Lumajang.
“Saya bingung kok makam itu diziarahi orang Islam dan Hindu. Itu pengalaman yang luar biasa,” ungkapnya mengomentari makam Arya Wiraraja.
Sementara sang kondektur, Sartono, mengaku kaget ketika tim Ekspedisi Islam Nusantara tiba di suatu daerah atau pesantren, selalu disambut meriah warga NU. “Saya baru tahu NU sebesar ini. Boleh juga NU nih ternyata punya museum. Baru tahu juga ternyata banyak bener tempat ziarah. Kirain Wali Songo aja,” ujar kelahiran Jakarta ini. (Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
5
Badai Perlawanan Rakyat Pati
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua