Nasional

Pendiri Alvara Ungkap Tantangan NU dalam Mengelola Generasi Muda

Jum, 19 November 2021 | 11:30 WIB

Pendiri Alvara Ungkap Tantangan NU dalam Mengelola Generasi Muda

Pendiri Alvara Ungkap Tantangan NU dalam Mengelola Generasi Muda. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Struktur demografi Indonesia hari ini menunjukkan generasi yang sangat dominan adalah milenial dan gen Z. Sebesar 53 persen populasi penduduk Indonesia diisi oleh generasi muda tersebut. Menanggapi hal ini, Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengungkapkan tantangan Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengelola generasi muda Indonesia.


Hal ini disadari oleh Cak Hasan, begitu ia akrab disapa, lantaran menilik survei yang dilakukannya pada tahun 2018. Disebutkan bahwa sebesar 50,3 persen anak muda Indonesia berada di titik tidak mengidentifikasi dirinya sebagai anggota organisasi masyarkat (ormas) manapun.


“Berdasarkan survei yang kita lakukan di tahun 2018, anak-anak muda mayoritas merasa bukan menjadi anggota ormas manapun, 50,3 persen,” paparnya saat mengisi webinar Road to Mukatamar NU-34 bertajuk NU Milenial, Milenial Ber-NU, Kamis (18/11/2021) malam.


Fenomena tersebut menurut Cak Hasan adalah tantangan besar bagi keberlangsungan ormas, termasuk NU itu sendiri. “Trend itu dari waktu ke waktu semakin membesar,” terang Praktisi Riset Pemasaran dan Politik tersebut.


Sementara itu, Cak Hasan juga menyebut bahwa saat ini di Indonesia telah muncul generasi Islam baru yang memiliki tiga ciri khas, yakni tinggal di perkotaan, anak muda, dan kelas sosial menengah ke atas. 
“Ketiga ciri ini kalau dilihat dari angka statistiknya, jumlah mereka sekitar 30-33 juta orang,” bebernya.


Dari sisi keberagaman, mereka cenderung independen atau merasa tidak terikat dengan ormas manapun. Ketiga ciri tersebut kemudian melahirkan empat karakter seperti, bergantung pada teknologi, semangat religiusitas yang tinggi, gaya hidup dan pola pikir modern, dan daya beli yang tinggi. 


“Karena itu, mereka banyak sekali menyisihkan donasi kepada lembaga donasi dan zakat. Maka bisa kita lihat bukti konkretnya itu semangat mereka untuk berdonasi sangat meningkat,” ujar Cak Hasan.


NU juga diharap terus berkemampuan memfasilitasi kader mudanya yang kini tersebar ke beragam sektor pendidikan untuk mendapatkan ruang berkembang. Pasalnya, bukan hanya teman-teman berlatarbelakang pesantren, kader muda NU kini diketahui memiliki beragam keahlian di luar lini keagamaan. 


“Ada dari sisi teknologi digital, data scientist, robotika. Nah, kader yang sangat beragam ini juga menjadi tantangan NU,” katanya. 


Militansi NU melalui kader mudanya untuk bertarung di ranah media sosial juga perlu diperkuat. Demi mewarnai ruang diskusi di media sosial. Cak Hasan mengatakan NU diharapkan bisa lebih menunjukan wajah keislamannya. Supaya dapat menembus market yang lebih bervariasi, Cak Hasan juga menyarankan untuk tidak hanya berfokus kepada isi yang akan disampaikan, tetapi juga pada kemasan tayangan yang disuguhkan.


Maka dari itu, Cak Hasan menyebut jika tantangan tersebut perlu dijawab agar ke depannya NU semakin kompatibel dengan karakter generasi Islam baru. 


“Tiga tantangan ini perlu kita tuntaskan agar NU bisa kompatibel dengan perubahan yang terjadi hari ini dan masa depan. Kalau kita tidak lakukan hari ini, kita harus khawatir dengan struktur penduduk yang terus berubah,” ungkapnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin