Nasional

Pembelajaran atas Konflik Afghanistan: Perkuat Nasionalisme dan Cinta Tanah Air

Jum, 20 Agustus 2021 | 05:15 WIB

Pembelajaran atas Konflik Afghanistan: Perkuat Nasionalisme dan Cinta Tanah Air

Sejumlah warga Afghanistan mencoba melarikan diri ke negara tetangga setelah kelompok Taliban menduduki pemerintahan sejak 15 Agustus 2021. (Foto: CGTN)

Jakarta, NU Online

Kemenangan kelompok Taliban untuk menguasai Afghanistan diyakini para pengamat berdampak pada gerakan-gerakan politik mengatasnamakan agama di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk di Indonesia. Sebab itu, penting untuk terus memperkuat nasionalisme dan cinta tanah air.


Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga pengamat intelijen berpendapat bahwa kemenangan Taliban bisa dijadikan isu politik bagi para pendukung khilafah.


“Sebagai catatan Imarah Islam Afganistan berbeda dengan khilafah ala ISIS, karena tidak menganggap sebagai penguasa dunia Islam. Tetapi para pendukung sistem khilafah mungkin akan menjadikannya sebagai isu politik untuk membangkitkan perlawanan di negara Islam lainnya,” ujar Kiai As’ad, Selasa lalu lewat facebooknya.


Senada, analis konflik dan keamanan, Alto Labetubun berpandangan bahwa apa yang terjadi di Afghanistan akan memiliki dampak di Indonesia dan tentunya memberi pembelajaran yang sangat penting bagi bangsa ini.


“Dalam jangka pendek, para pendukung Taliban di Indonesia, yang memosisikan Taliban sebagai simbol perlawanan terhadap negara-negara barat, akan memanfaatkan situasi dalam propaganda-propaganda mereka,” ujar pria yang akrab disapa Alto Luger ini.


Menurut Alto, kelompok-kelompok tersebut akan memakai kesuksesan Taliban dalam kampanye merekrut, mencari dana, dan mengobarkan semangat mendirikan negara Islam di Indonesia, termasuk mengadvokasi penggunanan berbagai cara untuk menggerus rasa nasionalisme orang Indonesia.


“Strategi ini akan diamplifikasi oleh kelompok-kelompok, seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin, yang selama ini mengampanyekan penggerusan rasa cinta Tanah Air,” kata Alto yang pernah meneliti langsung konflik di Afghanistan, Irak, dan Suriah.


Maka, ujar Alto, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan perlu dijadikan pelajaran bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa penanaman rasa cinta Tanah Air adalah fondasi utama perekat bangsa.


Dia menegaskan, hal itu satu-satunya cara untuk menjaga Indonesia agar tidak terfragmentasi dan tidak gampang dihancurkan oleh kelompok-kelompok perusak persatuan dan kesatuan bangsa, seperti Taliban di Afghanistan.


“Semoga, dari apa yang terjadi di Afghanistan, kita bisa belajar bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan yang didasarkan pada nasionalisme dan rasa cinta Tanah Air negara kita bisa kuat menghadapi kelompok yang berniat untuk menghancurkan negara ini lewat penetrasi ideologi tunggal, yang antikeberagaman dan anti-Pancasila,” jelas Alto.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan