Internasional

Jarinya Dipotong Taliban, Safiullah Safi Tetap Memilih dalam Pemilu Afghanistan

Rab, 2 Oktober 2019 | 08:00 WIB

Jarinya Dipotong Taliban, Safiullah Safi Tetap Memilih dalam Pemilu Afghanistan

Safiullah Safi menunjukkan jarinya yang telah dipotong (Foto: Twitter Samim Arif)

Kabul, NU Online
Kelompok ekstremis Taliban memotong ujung jari telunjuk seorang pria Afghanistan bernama Safiullah Safi karena dia menggunakan hak suaranya dalam pemilihan umum (pemilu) Afghanistan pada 2014 silam. 

Namun, kejadian itu tidak membuat Safi menyesal atau kapok untuk ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi di negara tersebut. Buktinya, dalam pemilu presiden Afghanistan yang digelar pada Sabtu (28/9) lalu, Safi kembali menggunakan hal pilihnya. Hal itu terlihat dalam sebuah foto yang diunggah akun Twitter @Samim Arif.

Dalam foto tersebut, Safi menunjukkan kedua jari telunjuknya. Pada ujung jari telunjuk kirinya terdapat bekas tinda biru, tanda dia sudah mencoblos. Sementara jari telunjuk kanannya terlihat tidak lengkap karena dipotong Taliban. 

"Safiullah Safi jarinya dipotong oleh Taliban karena memilih pada tahun 2014; dia tidak peduli tentang jarinya yang lain dipotong (karena ikut memilih). Semua ini untuk mempertahankan republik yang berpusat pada warga negara," demikian tulisan dalam unggahan tersebut.

Safi mengatakan, jarinya dipotong Taliban karena memilih adalah pengalaman yang menyakitkan. Meski demikian, dia menegaskan tidak akan takut jika harus kehilangan sepuluh jarinya demi masa depan anak-anak dan negaranya.
 
"Saya tahu itu adalah pengalaman yang menyakitkan, tapi itu hanya sebuah jari.Tapi saat datang untuk masa depan anak-anak dan negara saya, saya tidak akan duduk bahkan jika mereka memotong seluruh tangan saya," kata Safi, dilansir laman Reuters, Sabtu (28/9).

Safi kemudian menceritakan saat-saat Taliban memotong jari telunjuknya. Saat itu, sehari setelah pemungutan suara Afghanistan 2014, dia melakukan perjalanan dari Kabul ke Kota Khost. Di tengah jalan, ada militan Taliban yang melihat ujung jari telunjuk Safi berwana biru, bekas tinda yang menunjukkan bahwa dirinya telah mencoblos. Anggota Taliban tersebut langsung menarik Safi dari dalam mobil dan membawanya ke sebuah tempat dimana pengadilan digelar.
 
"Mereka memotong jari saya dan bertanya mengapa saya mengambil bagian dalam pemilihan meskipun ada peringatan. Keluarga saya memberi tahu saya untuk tidak melakukannya, tetapi saya tetap melakukannya," kata Safi.

Pemilu presiden Afghanistan 2019 berlangsung dengan pengamanan yang ketat. Pasalnya, Taliban kerap kali melancarkan ancaman akan mengganggu pemilu dan menyerang pusat-pusat pemungutan suara. Dilaporkan, ada hampir 5.000 tempat pemungutan suara yang tersebar di seluruh wilayah Afghanistan. Sebanyak 72.000 pasukan keamanan Afghanistan telah diterjunkan untuk mengamankan ribuan tempat pemungutan suara tersebut.
 
Menurut keterangan pejabat Kementerian Pertahanan Afghanistan, Asadullah Khalid, sedikitnya terjadi 68 serangan terhadap tempat-tempat pemungutan suara di seluruh negeri. Diberitakan, lima anggota keamanan tewas dan 37 warga sipil terluka dalam serang-serangan yang dilancarkan Taliban tersebut. 
 
Meski Taliban menebar teror dan ancaman namun warga Afghanistan begitu antusias untuk datang ke bilik suara. Bahkan mereka dengan bangganya menunjukkan jarinya yang sudah dicelup ke dalam tinta. 
 
"Saya tidak takut. Kita harus memilih jika kita ingin membawa perubahan," kata seorang warga Mohiuddin (55), kepada AFP.

Ada puluhan kandidat yang mancalonkan diri dalam pemilu presiden Afghanistan 2019. Petahana Asyraf Ghani dan kepala eksekutif Abdullah Abdullah menjadi dua kandidat yang bersaing ketat dalam pemilu ini. Hasil pemilu Afghanistan akan diumumkan pada 19 Oktober mendatang. Jika tidak ada kandidat yang memperoleh 50 persen suara lebih, maka dua nama teratar akan mengikuti pemilu presiden putaran kedua pada November.
 
Penulis: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan