Nasional

PBNU Prihatin Merebaknya Informasi Bohong Terkait Virus Corona

Rab, 12 Februari 2020 | 04:30 WIB

PBNU Prihatin Merebaknya Informasi Bohong Terkait Virus Corona

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global. (Foto: Getty Images)

Jakarta, NU Online 
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dokter Syahrizal Syarif menilai pemerintah tidak melakukan langkah-langkah yang tepat terkait kesiapsiagaan penanganan virus Corona di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan masih ditemukannya kabar bohong yang menyebar di masyarakat dan menyebabkan terjadinya keresahan yang berlebihan. 
 
Bahkan pernyataan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat jauh berbeda ketika menyampaikan informasinya di media massa. Karena itu, pemerintah harus membentuk media center sebagai pusat informasi yang khusus melaporkan perkembangan virus Corona di Indonesia. 
 
Masalah itu, lanjut dia, tidak boleh disepelekan mengingat virus tersebut bisa menyebar kepada siapapun. Bahkan beberapa negara tetangga sudah mengalaminya seperti Jepang dan Singapura.
 
“Sampai hari ini saya terus terang sejak awal merebaknya virus Corona di China dan menyebar ke Asia, Eropa ke Afrika sedikit saya bilang begini, harusnya pemerintah justru mendampingi masyarakat cara mendampinginya harus ada media center. Setiap hari harus melaporkan perkembangan sambil menjawab hoaks. Itu yang mestinya  dilakukan pemerintah,” katanya saat menjadi narasumber kegiatan Gelar Wicara yang diselenggarakan Lembaga Kesehatan NU di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (11/2).  
 
Dokter Syahrizal menyayangkan tidak adanya laporan dari pemerintah mengenai kasus warga asing atau warga Indonesia yang diduga terkena virus Corona secara rinci disertakan dengan data yang akurat. 
 
Seharusnya, Kementerian Kesehatan RI mengambil alih seluruh penanganan dan menyampaikan informasi hanya dari satu pintu sehingga penangannanya berjalan secara optimal. Tujuannya, agar ketika ada orang yang terkena virus Corona, dilakukan penanganan khsusus oleh pemerintah misalnya tempat khusus, alatnya khsus dan tim medis yang khusus. 
 
“Dua hari yang lalu ada 62 kasus sasmen, 59 negatif. Lalu 3 lagi dipanding. Yang kita mau bukan hanya melaporkan tetapi ada media center, ada media yang menjelaskan. Coba anda perhatikan di Kominfo ada 54 berita hoaks, dan 44 persen dari berita haoks itu tekait perawatan berita (pasien terduga virus Corona) di rumah sakit,” tuturnya. 
 
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Ibnu Nawawi