Nasional

PBNU: Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Jangan Timbulkan Kerumunan

Sen, 22 Februari 2021 | 11:00 WIB

PBNU: Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Jangan Timbulkan Kerumunan

Ketua PBNU Bidang Kesehatan, dr Syahrizal Syarif. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Beberapa waktu lalu, jagad media sosial dihebohkan dengan sebaran video singkat berdurasi 11 detik yang menunjukkan antrean panjang warga yang didominasi kalangan lanjut usia (lansia) untuk menjalani vaksinasi Covid-19 mandiri, di RSUD Kembangan, Jakarta Barat. 


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan dr Syahrizal Syarif menyayangkan kejadian tersebut. Menurutnya, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara mandiri jangan sampai menimbulkan kerumunan. 


“Contoh pelaksanaan yang jelek, warga antre sampai di jalan (padahal) di musim hujan,” ungkap Syahrizal melalui pesan singkat kepada NU Online, seraya mengirimkan video singkat tersebut, pada Senin (22/2).


Ia kemudian mendorong pemerintah untuk mengimplementasikan program kebijakan vaksinasi mandiri untuk kalangan lansia. Hal tersebut bertujuan agar jangan sampai ke depan, pelaksanaan vaksinasi mandiri terjadi seperti di RSUD Kembangan, Jakarta Barat.


“Pelaksanaan vaksinasi lansia juga perlu diperhatikan (pemerintah). Jangan sampai terjadi seperti di RSUD Kembangan Jakarta,” tegas Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) ini. 


Syahrizal menyarankan, vaksinasi untuk publik yang dilangsungkan secara mandiri itu seharusnya diselenggarakan pada gedung-gedung pertemuan luas, sehingga dapat menghindari kerumunan dan mencegah penularan wabah Covid-19. 


“Saran saya, pemerintah harus membuat aturan seperti registrasi yang dapat menghindari kerumunan RSUD Kembangan itu. Misalnya menggunakan fasilitas handphone yang semua penduduk sudah punya,” katanya.


Selain menggunakan fasilitas handphone atau digitalisasi, ia juga menyarankan agar calon peserta vaksinasi cukup mengirimkan fotokopi KTP. Kemudian pihak RSUD memanggil yang bersangkutan pada tanggal dan jam tertentu yang sudah dijadwalkan sebelumnya. 

“Nanti pihak RSUD tinggal panggil peserta vaksin itu pada tanggal dan jam tertentu. Mudah sekali. Batasi tiap jam sesuai kapasitas RSUD, kalau mau tetap pakai RSUD,” tegasnya.


Sementara itu, Ketua Satuan Tugas (Satgas) NU Peduli Covid-19 PBNU dr Makky Zamzami menyarankan agar pelaksanaan vaksinasi untuk lansia tidak hanya terfokus pada fasilitas kesehatan, seperti RS atau puskesmas. 


Sebab para lansia ini, menurutnya, akan sangat rentan terkena atau tertular Covid-19, jika pelaksanaan vaksinasi dilakukan di fasilitas kesehatan tersebut. Terlebih jika terdapat antrean yang sangat panjang. 


“Jadi kita harus memikirkan tempat-tempat alternatif yang nyaman untuk lansia divaksin. Harus ada skema khusus vaksin untuk lansia, tidak harus mengantre seperti sebelum-sebelumnya. Kami menyarankan bahwa vaksin untuk lansia agar benar-benar efektif, ini masalahnya terkait waktu dan tempat,” ungkapnya, dalam diskusi virtual bertajuk ‘Vaksinasi Tahap 2: Cinta untuk Lansia’, pada Senin (22/2) siang.


Makky juga menyarankan agar pemerintah membentuk one day care services. Terdapat satu tempat yang selama satu hari penuh, para lansia itu bisa terlayani dengan baik. Ketika mereka mendaftar dan tekanan darahnya tinggi, bisa terlebih dulu diturunkan, kemudian baru divaksin.


“Jadi one day care service itu ketika lansia daftar dan tensinya tinggi, bisa diturunkan dulu. Diobservasi dulu selama satu hari penuh, lalu divaksin ketika dia sudah stabil baru divaksin. Ini satu hari penuh banyak dilakukan di banyak RS hanya dalam waktu terbatas,” terangnya.


Lebih lanjut ia berharap, pelaksanaan vaksinasi untuk para lansia ini bisa secepatnya dilakukan secara merata. Namun, Makky juga memahami bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga distribusi vaksin harus dilakukan secara ketat dan tidak semua daerah bisa segera mendapatkan vaksin.


“Tapi kita fokus saja dulu di beberapa provinsi yang memang angkanya tinggi sekali, terutama angka kematian. Kita tinggal kuatkan implementasinya agar para lansia bisa menerima dan mau divaksin. Juga kepada pemerintah agar segera mempersiapkan vaksin di beberapa tempat yang strategis,” ucap Makky.


Kemudian, ia menyebut bahwa terdapat banyak warga NU yang berstatus lansia. Ia mengutip survei dari LSI pada 2017, anggota NU ada sekitar 90 juta jiwa. Dari data tersebut, terdapat kurang lebih 11 persen atau 9 juta warga NU berasal dari kalangan lansia.


“Terutama di pondok-pondok pesantren, banyak sekali para kiai yang sudah lansia atau di atas 60 tahun. Sampai saat ini yang terdaftar di kami lebih dari 320 kiai dan nyai yang meninggal karena Covid-19. Itu merupakan kerugian buat kami,” lanjutnya.


Menurutnya, vaksin untuk lansia harus dilaksanakan secara komprehensif karena akan sangat membantu mencegah penularan atau bergejala berat, terutama untuk para kiai dan lansia di masyarakat pesantren. 


“Kita berharap ini bisa diwujudkan. NU bisa menjadi salah satu ormas yang berperan aktif dalam membantu pemerintah untuk bisa mempercepat terwujudnya vaksin untuk lansia ini. Karena kami sangat mendukung sekali, terutama untuk para kiai (di pesantren),” ucap Makky.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad