Nasional

Pakar Tafsir Al-Qur’an: Nabi Yunus Tidak Ditelan Ikan Paus

Jum, 28 Juni 2024 | 13:20 WIB

Pakar Tafsir Al-Qur’an: Nabi Yunus Tidak Ditelan Ikan Paus

Pakar Tafsir Al-Qur'an KH Musta'in Syafi'i (tengah) pada Seminar Al-Qur'an Multaqa Nasional Ulama Al-Qur'an yang digelar Pimpinan Pusat Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) di Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (26/6/2024).

Jombang, NU Online 
Pakar Tafsir Al-Qur'an KH Musta'in Syafi'i menjelaskan bahwa Nabi Yunus tidaklah ditelan sampai masuk perut ikan paus. Namun, posisinya saat itu masih dalam mulut. Pandangan ini didasarkan pada Al-Qur'an surat ash-Shaffat ayat 182.


Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber pada Seminar Al-Qur'an Multaqa Nasional Ulama Al-Qur'an yang digelar Pimpinan Pusat Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) di Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (26/6/2024).


"Nabi Yunus ditampani ikan itu bukan masuk perut, tapi faltaqama luqmah. Luqmah masih dikunyah (masih di mulut)," katanya.


Menurutnya, jika yang dimaksud telan sampai masuk perut tentu bukan kata iltaqama yang digunakan, melainkan bala'a. Hal ini bisa dilihat pada Al-Qur'an surat Hud ayat 44 yang menceritakan perintah Allah swt agar bumi lekas menyerap air.


"(Kata) Iblai itu biar cepat menyerap air," jelas kiai pengajar Tafsir Al-Qur'an di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang,  Jawa Timur itu.


Penjelasan bahwa Nabi Yunus tidak ditelan dan masuk ke dalam perut dan justru ada di mulut ini semakin menemui kebenaran dengan adanya penemuan ilmiah. Kiai Musta'in menjelaskan bahwa ikan dengan besar 35 kali lebih besar dari gajah itu diketahui tidak bernapas sebagaimana ikan biasanya dengan insang, melainkan dengan paru-paru. Ikan besar itu akan keluar ke permukaan untuk mengambil udara. Karenanya, Nabi Yunus bisa bertahan hidup di mulut ikan tersebut karena adanya udara yang masuk.


Adapun Al-Qur'an surat aash-Shaffat ayat 144 yang menyebut bahwa Nabi Yunus niscaya akan tetap dalam perut sampai hari kebangkitan itu harus dikaitkan dengan ayat sebelumnya. Hal itu akan terjadi jika Nabi Yunus tidak membaca tasbih.


"Nyantol di mulut, tidak masuk ke perut karena tasbihnya Nabi Yunus," ujar kiai kelahiran Paciran, Lamongan, Jawa Timur itu.


Sebagaimana diketahui, Multaqa Nasional Ulama Al-Qur'an ini diisi dengan Seminar Al-Qur'an tentang tantangan dakwah Al-Qur'an di era digital, Bahtsul Masail Quraniyah mengenai kesahihan mengaji Al-Qur'an dengan platform digital dan penggunaan langgam ajam, perumusan rekomendasi internal organisasi dan eksternal, serta penghargaan kepada tujuh individu dan tujuh institusi yang berdedikasi tinggi terhadap pengembangan Al-Qur'an di Indonesia.