Nasional

Ning Imaz Sebut Wanita Karier sebagai Pemberani

Rab, 14 September 2022 | 21:00 WIB

Ning Imaz Sebut Wanita Karier sebagai Pemberani

Ning Imaz Fatimatuz Zahra. (Foto: instagram @imaz._)

Jakarta, NU Online

Dilema mengenai pilihan menjadi wanita karier sekaligus ibu rumah tangga hingga saat ini masih menjadi perbincangan yang hangat di masyarakat. 


Bagi wanita yang sudah menikah, tentu paham banyak sekali biaya yang harus disiapkan setelah menikah. Belum lagi dengan hadirnya sang buah hati, fokus utama pun beralih kepada sang buah hati.


Hal itu direspons Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau Ning Imaz dalam video pendek berjudul Menjadi Wanita Karier di kanal Youtube NU Online dikutip, Rabu (14/9/2022). 


Ia menyebut wanita karier sebagai sosok pemberani lantaran dapat melawan perspektif masyarakat terhadap sifat-sifat yang dilekatkan pada perempuan. Masyarakat masih lebih kuat melekatkan peran tradisional perempuan sebagai ibu dan istri dibanding sebagai pekerja.


“Karena dia (wanita karier) tentunya melawan stigma masyarakat dan melawan keresahannya sendiri. Sehingga tatkala mereka berani berarti mereka benar-benar patut mendapat apresiasi,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al Ihsan, Lirboyo, Kediri itu.


Ketimbang mengomentari pilihan wanita untuk berkarier, ia justru memilih untuk mendukung mereka. Pasalnya, menyeimbangkan waktu antara kehidupan profesional yang menyita waktu dan kehidupan pribadi bukan perkara mudah, terutama bagi wanita yang sudah berumah tangga.


“Bagaimana pun juga tugas sebagai istri atau anak sekaligus bekerja itu bukanlah hal yang mudah. Jika dia memiliki pendukung yang begitu loyal, entah itu suami, atau siapa pun, maka itu sangat membantu,” tutur pengisi kajian tetap Suara Muslimah di kanal Youtube NU Online itu.


Putri KH Kholiq Ridlwan Lirboyo Kediri ini juga menerangkan, wanita yang aktif berkarir sejatinya memberikan sumbangsih yang besar di sektor-sektor tertentu. Namun, jangan karena sibuk berkarir ia jadi melupakan peran dan tugas sebagai istri bagi suami dan ibu untuk anaknya. Semuanya harus seimbang.


“Saya pribadi selama perempuan ini memiliki kompetensi di bidangnya, entah itu ekonomi atau entertainmen, kemudian dapat membagi waktu memenuhi tanggung jawab sebagai istri dan ibu, atau anak bagi orang tuanya. Maka sah-sah saja, dan saya apresiasi itu,” terang Ning Imaz.


Mengutip tulisan berjudul Perempuan-perempuan Pekerja dalam Kajian Hadits disebutkan, dalam berbagai literatur hadits dan sejarah, para perempuan di masa Nabi Muhammad juga bekerja dan memiliki keahlian tertentu. 


Beberapa yang terekam dalam sejarah di antaranya Zainab binti Jahsy (industri rumahan), Zainab Ats-Tsaqafiyah RA (industri rumahan), Malkah Ats-Tsaqafiyah RA (pedagang parfum), Sa’irah Al-Asadiyah RA (penenun), Asy-Syifa’ binti Abdullah Al-Quraisyiyah Ra (perawat), dan Ummu Ra’lah Al-Qusyairiyah RA (perias wajah). 


Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah juga dikenal sebagai pebisnis sukses pada masanya. Ia bahkan mampu mengelola bisnisnya hingga lintas negara. Selain Khadijah, ada pula Qailah Ummu Bani Anmar. 


Selain jual beli, ada pula perempuan yang biasa menggembalakan kambing. Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, Ka’ab bin Malik memiliki budak perempuan yang biasa menggembalakan kambing miliknya di kawasan bernama Sal. 


Suatu hari ada kambing yang sakit dan sekarat, budak perempuan itu segera menajamkan batu kemudian menyembelih kambing itu dengan batu tersebut. 


Dalam Shahih al-Bukhari juga termaktub bahwa Asma binti Abu Bakr biasa memanggul sebakul biji makanan di kepalanya. Ia mengambil biji-bijian itu dari kebun Zubair, suaminya.


Pewarta: Syifa Arrahmah

Editor: Fathoni Ahmad