Nasional

Ngaji Suluk Maleman: Manusia Seringkali Mengejar Kesia-siaan

Sab, 2 Oktober 2021 | 07:15 WIB

Ngaji Suluk Maleman: Manusia Seringkali Mengejar Kesia-siaan

Habib Anis Sholeh Baasyin. (Foto: Suluk Maleman)

Jakarta, NU Online

Tema “Pungguk Merindukan Bulan” yang diangkat dalam Suluk Maleman edisi ke-117 patut menjadi bahan perenungan yang cukup mendalam. Dalam bahasan itu pengasuh ngaji suluk maleman, Habib Anis Sholeh Baasyin mengingatkan manusia yang seringkali mengejar kesia-siaan di dunia.


Peribahasa itu, dijelaskannya, menunjukkan seseorang yang memimpikan sesuatu yang tidak ada kemampuan untuk menggapainya. Hal itulah yang seringkali membuat manusia terjebak pada keinginannya sendiri.


“Fenomena pinjaman online misalnya, begitu marak terjadi saat ini. Ketika pinjaman itu untuk memenuhi kebutuhan pribadinya tentu masih bisa dimaklumi, tapi sekarang ini justru hanya karena ingin memenuhi hasrat dan gengsinya,” terang Anis membuka ngaji budaya seri dari rumah tersebut.


Hal itu pulalah yang kemudian ditangkap oleh sistem kapitalis, yang mendorong masyarakat untuk semakin kehilangan kemampuan untuk mengendalikan dirinya. Caranya sama sebangun dengan yang kini digunakan pinjaman online; yaitu dengan cara memberikan banyaknya rayuan seolah dewa penolong di awal, dan di akhir akan mencekik leher dengan jeratan bunganya.


“Coba saja amati di media sosial, ketika kita ingin membeli baju tiba-tiba muncul beragam iklan tentang baju yang tentu begitu menggiurkan. Inilah yang kemudian membuat orang lupa tentang kemampuannya,” tambahnya. 


Manusia sekarang memang tengah dijerat oleh fatamorgana. Lewat media sosial seringkali diajarkan untuk melampiaskan nafsu bukan lagi untuk berpuasa. Hal itu tentu menunjukkan betapa sistem kapitalisme memimpin peradaban saat ini.


“Sekarang ini memang dibangun dengan sistem ekonomi yang seperti itu. Bagaimana menumpuk berlipat untung dengan modal sekecil-kecilnya. Sistem ekonomi dibangun untuk memberi ruang keserakahan manusia, entah sistem sosial politiknya demokratis mau pun sosialis dan komunis,” tegas Habib Anis.


Hal itu mengingatkan pembelajaran dari cerita Nabi Adam yang diturunkan dari surga hanya karena rayuan dari iblis. Bayangkan, demikian jelas Anis, Adam ditawari kerajaan yang tak akan rusak, padahal saat itu dia justru tengah berada di surganya Allah, yang notabene tak akan rusak.


“Inilah yang kemudian membuat manusia seringkali mengejar kesia-siaan. Iblis merayu dengan berbagai cara, termasuk untuk mengejar keabadian. Uniknya, apa yang dirayukan iblis pada dasarnya adalah sesuatu yang sebenarnya sudah dimiliki manusia. Iblis hanya mendorong manusia untuk lupa tentang apa saja yang sudah dimilikinya. Padahal iblis tidak pernah membimbing pada kemuliaan namun yang pasti justru mengarah pada kehinaan dan kehancuran,” jelas Habib Anis.


Dalam Suluk Maleman yang digelar pada pekan kemarin tersebut, juga turut dimeriahkan dengan koleksi Sampak GusUran. Terlihat ribuan masyarakat antusias menyaksikan ngaji budaya itu dari berbagai kanal media sosial.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan