Nasional

Muludan, Masjid Al-Akbar Hadirkan Syaikh Muhammad bin Ismail

Rab, 28 Januari 2015 | 15:01 WIB

Surabaya, NU Online
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya mengadirkan Dr Syaikh Muhammad bin Ismail dalam rangkaian daurah ma’ahid dan maulid Nabi Muhamammad SAW. Ia merupakan ulama muda dari Makkah al-Mukarramah.
<>
Syaikh Muhammad pada Senin siang (26/1) tersebut menyampaikan materi esensi persatuan umat Islam dari masa ke masa. Ketua riset dan kajian Islam Universitas King Abdul Aziz Jeddah ini menandaskan bahwa kelahiran Nabi Muhammad membawa kegembiraan. “Demikian juga Nabi Muhammad mampu membawa kebanggaan sekaligus menjadikan Islam sebagai jawaban yang benar,” katanya di hadapan ribuan peserta.

Ia menandaskan bahwa momentum peringatan maulid sebagai sarana untuk saling mengingatkan kepada umat Islam akan tantangan yang ada di depan mata, khususnya di era globalisasi. Dan di antara sikap yang harus dipegang teguh khususnya sebagai refleksi maulid adalah sabar, introspeksi diri, memuliakan ulama serta membaca al-Qur’an dan hadits.

“Berusahalah untuk sabar,” kata Syaikh Muhammad berwasiat. Baginya, kesabaran adalah kunci kebahagian dan juga sebagai jawaban atas berbagai kesulitan hidup yang dihadapi umat.

Pesan berikutnya adalah melakukan koreksi dan perbaikan khususnya bagi diri sendiri. Karena dalam ceramah yang menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar ini, perbaikan sejati hanya dapat dilakukan dengan mengawali dari diri sendiri. “Tanpa itu jangan berharap ada perubahan di keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara,” tandasnya.

Cinta kepada ulama dan santri adalah di antara hal yang disampaikan. Baginya, memuliakan para ulama dan santri termasuk di dalamnya kitab-kitab ulama terdahulu adalah wujud dari penghargaan kepada para pewaris nabi.

“Umat Islam harus membaca al-Qur’an dan hadits,” tegasnya. Karena dari kitab Allah dan sunnah Rasulullah ini ajaran Islam disampaikan. Membaca, mencoba untuk mengerti sekaligus menerapkan pesan yang disampaikan dalam keseharian adalah kewajiban setiap muslim.

“Keempat hal tersebut merupakan kunci bagi orang yang ingin berhasil dalam hidup,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut, Syaikh Muhammad juga mengingatkan hadirin untuk berhati-hati terhadap sejumlah kalangan yang gemar berfatwa masalah keagamaan namun yang bersangkutan tidak memiliki pengetahuan yang cukup.

“Orang seperti ini malah membanggakan dirinya sendiri dan cenderung menganggap pendapat orang lain salah,” katanya. Padahal dengan berfatwa, akan banyak masyarakat yang mengikuti pendapat yang disampaikan. Akibatnya, kian banyak orang yang sesat akibat pandangan tersebut, lanjutnya.  

Daurah ma’ahid dan maulid diikuti alumni kampus di Saudi Arabia, utusan pondok pesantren dan takmir masjid se Jawa Timur, juga masyarakat umum. Tampil sebagai moderator adalah Drs H Farmadi Hasyim, MHI selaku Kasi Haji Kemenag Surabaya dan Ustadz Saiful Islam dari Pondok Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo sebagai penerjemah. (Syaifullah/Abdullah Alawi)