Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Muktamar NU Akan Bahas Penguatan Transformasi Aswaja An-Nahdliyah

Sel, 7 Desember 2021 | 23:30 WIB

Muktamar NU Akan Bahas Penguatan Transformasi Aswaja An-Nahdliyah

Sekretaris Komisi Program Muktamar ke-34 NU, Rumadi Ahmad. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Salah satu yang menjadi fokus bahasan dalam Komisi Program Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) adalah soal penguatan atau upaya memperkokoh transformasi ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.


“(Penguatan itu) baik melalui penyebarluasan konten-konten terkait Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, melalui kaderisasi, pengajian-pengajian, dan berbagai macam jalur interaksi sosial yang kita miliki. Itu hal penting yang harus kita lakukan,” kata Sekretaris Komisi Program Muktamar ke-34 NU Rumadi Ahmad dalam konferensi pers di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Selasa (7/12/2021).


Lebih lanjut, ia mengatakan pola transformasi itu juga akan dilakukan agar ajaran Aswaja An-Nahdliyah mampu memberikan inspirasi bagi terciptanya politik moral dan etik kepada masyarakat Indonesia.


“Kita perlu merumuskan program memperkokoh nilai Aswaja An-Nahdliyah ini ke dalam bentuk inspirasi politik. Jadi politik yang menginspirasi moral dan etik di masa mendatang,” terang Rumadi, yang juga Ketua Lembaga Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU itu.


Selain itu, penguatan transformasi nilai atau ajaran Aswaja An-Nahdliyah ini juga berkaitan dengan upaya NU dalam mendorong perdamaian internasional dan tata dunia yang berkeadilan.


Menurut Rumadi, keterlibatan NU dalam proses perdamaian dunia yang selama ini sudah dilakukan merupakan bentuk upaya transformasi cara berpikir dan bertindak dari nilai Aswaja An-Nahdliyah itu. 


“Transformasi itu dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan NU, tetapi untuk kepentingan perdamaian dunia dan menciptakan tata dunia yang lebih berkeadilan. Ini nanti akan diturunkan di dalam berbagai macam program,” jelasnya.

 

Rumadi menjelaskan latar belakang dari pembahasan penguatan transformasi Aswaja An-Nahdliyah yang menjadi pertimbangan di dalam Komisi Program Muktamar NU. Salah satunya menggunakan data survei Pew Research Center yang memprediksi akan ada perkembangan demografi dan komposisi Muslim di dunia pada 2010 hingga 2050.


Data tersebut menyebutkan bahwa pada 2010 terdapat komposisi umat beragama di dunia. Di antaranya Kristen 31,4 persen, Muslim 23,2 persen, Hindu (15 persen), dan Buddha (7,1 persen). Pew Research Center memprediksi, pada 2050 mendatang jumlah komposisi Muslim dan Kristen mulai berimbang. 


Sementara pada 2070, diprediksi komposisi Kristen-Muslim tidak jauh berbeda. Sekitar 30,1 persen dan 32 persen. Lalu pada 2100, Pew Research Center memperkirakan jumlah komposisi Muslim di dunia akan lebih besar. 


“Pertanyaannya adalah Muslim model apa yang nanti akan berkembang? Itulah kepentingan NU untuk mempengaruhi perkembangan Muslim di dunia. Muslim yang bisa menjadi bagian dari proses perdamaian internasional. NU berada dalam posisi itu,” jelas Rumadi. 


Sementara analisis lain yang dilakukan sebagai pertimbangan bagi komisi program adalah mengenai agenda penandatanganan piagam persaudaraan kemanusiaan yang ditandatangani Grand Syekh Al-Azhar Ahmad At-Thayyib dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 2019.


Menurut Rumadi, kedua tokoh dunia itu meneguhkan sebuah komitmen pemahaman keagamaan yang selama ini diusung NU. Di dalam piagam persaudaraan itu terdapat istilah persaudaraan kemanusiaan dan tanah air.


“Istilah-istilah itu yang diperkenalkan NU sejak 1984. KH Ahmad Shiddiq sudah memperkenalkan istilah ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Itu kemudian ditegaskan dalam dokumen penandatanganan kemanusiaan pada 2019 lalu,” katanya.


Kemudian, lanjut Rumadi, Komisi Program Muktamar NU pun sudah melakukan analisis di internal. Salah satunya, NU secara nilai sudah merumuskan landasan berpikir dan bertindak seperti amaliyah, fikrah, dan harakah NU pada Muktamar ke-33 Jombang pada 2015 lalu. Begitu pun soal perilaku Aswaja An-Nahdliyah yang toleran dan moderat.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad