Meski Sudah Diprediksi, Warga Diimbau Tunggu Hasil Rukyat
NU Online · Selasa, 17 Juli 2012 | 07:31 WIB
Jakarta, NU Online
Meski telah memprediksi tanggal 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012, Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama tetap mengimbau warga untuk menunggu hasil rukyatul hilal yang akan diselenggarakan pada Kamis 19 Juli sore bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1433 H.<>
“Insyaallah puasa hari Sabtu 21 Juli 2012, tapi harap tunggu hasil rukyatul hilal hari kamis 19 Juli,” kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazalie Masroeri di Jakarta dalam pesan singkat kepada NU Online, Selasa (17/7).
Dikatakan, dalam memprediksi awal bulan qamariyah atau hijriyah NU menggunakan ilmu hisab yang paling modern. “NU menggunakan hisab yang tahkiki-tadzkiki-ashri,” katanya.
Berdasarkan hisab modern, seperti dalam almanak NU, posisi hilal pada saat dilakukan rukyatul hilal Kamis (19/7) atau 29 Sya’ban 1433 H baru berada pada ketinggian 1 derajat 38 menit di atas ufuk. Maka hilal dinyatakan belum visibel (imkanur rukyat) sehingga tidak mungkin dapat dirukyat.
Ditambahkan, secara astronomis tidak mungkin hilal (bulan sabit) akan bisa diamati jika masih berada di bawah batas visibilitas pengamatan. Dengan demikian almanak PBNU menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari berdasarkan kaidah istikmal.
Meski telah memprediksi, Lajnah Falakiyah tetap mengkoordinir rukyatul hilal di berbagai titik di Indonesia. Penentuan awal Ramadhan 1433 H tetap berdasarkan hasil rukyat. “Prediksi atau hisab hanya memandu kita untuk melaksanakan observasi atau rukyatul hilal,” pungkas Kiai Ghazalie.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Mahbib Khoiron
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
4
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
5
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
6
Sejarawan Kritik Penulisan Sejarah Resmi: Abaikan Pluralitas, Lahirkan Otoritarianisme
Terkini
Lihat Semua