Nasional

Menumbuhkan Budaya Toleran di Antara Para Aktivis Rohis

NU Online  ·  Rabu, 4 Mei 2016 | 10:05 WIB

Menumbuhkan Budaya Toleran di Antara Para Aktivis Rohis

Para Rohis saat sedang menerima materi.

Jakarta, NU Online
Di waktu siang yang cukup terik dan menyengat kulit, sekitar 2000 para aktivis Rohis di tingkat SMA/SMK, Rabu (4/5) dalam kegiatan Perkemahan Rohis Nasional ke-2 di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta menerima berbagai materi peningkatan kapasitas pribadi dan orgnaisasi ke arah yang lebih baik.

Format pembagian kelompok berdasarkan Rukun Warga (RW) yang terbagi dalam 12 RW tersebut menggabungkan aktivis dan pengurus Rohis dari berbagai satuan sekolah di seluruh daerah dan provinsi di Indonesia. 1 RW yang terdiri dari 5 Rukun Tetangga (RT) tersebut saling berbaur dan mengenal satu sama lain.

Mereka saling menyapa dan tersenyum untuk mengawali proses perkenalan mereka. Hal ini berlangsung sebelum mereka menerima materi yang bertempat di setiap balai RW. Di balai RW tersebut, mereka tidak hanya dikelompokkan per jenis kelamin yakni siswa perempuan saja, tetapi forum di setiap RW juga melibatkan peserta laki-laki sehingga interaksi sosial lintas jender pun terjadi. Namun demikian, bumi perkemahan mereka tetap terpisah.

Konsep perkemahan yang melibatkan siswa dari berbagai daerah ini sengaja dilakukan agar para Rohis sadar bahwa mereka berinteraksi dalam keberagaman suku, budaya, bahasa, dan lain sebagainya. Dengan ikatan iman yang sama, tetapi mereka juga mesti memahami bahwa perbedaan di antara para aktivis Rohis justru memperkuat identitas keindonesiaan sehingga terbangun budaya toleransi.

Dari pengalaman ini, para pemateri di setiap RW juga menekankan keberagaman keyakinan di Indonesia sehingga berangkat dari pemikiran yang sama terkait dengan perbedaan suku, budaya, adat, tradisi, bahasa, dan lain sebagainya, mereka juga hendaknya bersikap toleran dan ramah terhadap saudara setanah air meski berbeda keyakinan. Di titik inilah keterbukaan pemikiran dan wawasan kebangsaan harus dipahami oleh para Rohis sehingga stigma Rohis sebagai organisasi tertutup tidak lagi beredar.

Sadar akan keberagaman budaya dan agama inilah yang menjadi alasan kuat Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kemenag RI H Amin Haedari untuk menampilkan berbagai pakaian dan tarian adat serta keragaman seni dan budaya di dalam acara pembukaan Perkemahan Rohis Selasa (3/5) lalu. 

“Mereka harus sadar bahwa mereka hidup dalam keberagaman budaya sehingga harus menjadi generasi ramah terhadap perbedaan budaya maupun keyakinan,” ujar Amin Haedari sesaat setelah acara pembukaan selesai.

Untuk mewujudkan generasi ramah dan toleran di antara para aktivis Rohis, setiap pembina dan guru di sekolah juga harus paham betul kegiatan para Rohis. Hal ini seperti yang ditekankan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan pidato pembukaan Perkemahan Rohis ini. 

“Jangan sampai para guru dan pihak-pihak terkait di sekolah tidak membimbing kegiatan mereka ke arah pemahaman yang lebih baik. Lebih dari itu, guru dan pembina Rohis juga harus selalu memperbarui informasi terkini soal perkembangan terbaru tentang pemikiran, pemahaman, dan konflik dunia Islam,” ujar Menag. (Fathoni)