Jakarta, NU Online
Fenomena penyerangan ulama yang dilakukan oleh orang gila merebak beberapa waktu lalu. Hal ini mendorong Kementerian Agama agar masjid dan mushalla dijaga dengan baik oleh masyarakat.
Menurut Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Muhammadiyah Amin, persoalannya bukan kepada orang gila itu sendiri. Namun, siapa dalang yang mengirim orang gila itu.
“Masyarakat harus memperketat penjagaan terhadap rumah ibadah. Meskipun penyerangan dilakukan oleh orang gila, minimal orang yang memboncengkan itu bukan orang gila,” ucap Muhammadiyah Amin, Rabu (14/3) malam saat mengisi Pelatihan Indepht Reporting Kebimasislaman Bagi Media Online di Jakarta.
Muhammadiyah Amin merujuk kepada orang gila yang dikirim oleh orang-orang tertentu dengan menggunakan sepeda motor.
Fenomena penyerangan terhadap ulama ini pertama kali menyeruak ketika KH Umar Basri Cicalengka, Bandung menjadi korban kekerasan setelah berjamaah shalat shubuh di masjid.
Setelah diidentifikasi, pelaku yang berhasil ditangkap belakangan diketahui mempunyai gangguan psikis. Namun, saat melakukan kekerasan terhadap Pengasuh Pesantren Al-Hidayah itu, pelaku dengan jelas meneriakkan kata ‘neraka’.
Fenomena penyerangan terhadap ulama berlanjut di sejumlah daerah. Berbagai kalangan menilai, fenomena tersebut terjadi karena Indonesia saat ini sedang memasuki tahun politik.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sendiri telah mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, tidak terprovokasi. Langkah yang perlu dilakukan masyarakat ialah tetap berkoordinasi dengan pihak Ansor, Banser, dan kepolisian setempat.
Belakangan, penyerangan oleh orang yang diduga gila tersebut tidak hanya terjadi di masjid, tetapi juga terjadi di Kantor-kantor NU di daerah. Hal ini terjadi di Kantor PCNU Kabupaten Blora dan hendak terjadi di Kantor PCNU Brebes namun berhasil dihalau oleh Banser. (Fathoni)