KPAI Ajak Guru, Orang Tua, dan Murid Kolaborasi Ciptakan Ruang Aman dengan Bercerita
NU Online · Kamis, 20 Maret 2025 | 22:00 WIB

Komisioner KPAI Aris Adi Leksono dalam agenda Buka Bersama di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan pada Kamis (20/3/2025) sore. (Foto: NU Online/Risky)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Laksono mengajak dewan guru, orang tua, dan murid berkolaborasi untuk menciptakan ruang di lingkungan sekolah dengan saling bercerita.
Hal ini Aris sampaikan di hadapan dewan guru, orang tua, dan ratusan murid dalam agenda Buka Bersama di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan pada Kamis (20/3/2025) sore.
Kekerasan, kata Aris seraya berdiri, bermula dari hilangnya peran guru sebagai pendamping murid dalam menemukan dan menggali potensi dalam diri mereka. Di samping itu, perhatian orang tua juga menjadi faktor utama untuk mencegah terjadinya kekerasan.
Kedua faktor ini, lanjut Aris, menyebabkan murid atau anak gemar mengadukan masalah ke ranah publik yang akan memunculkan masalah baru seperti kecemasan.
"Jadi anak-anakku semua, jika merasa ada masalah jangan sungkan-sungkan untuk bercerita kepada bapak ibu guru atau orang tua," ujarnya.
Aris juga mengajak murid agar tak mendramatisasi suatu peristiwa yang mereka alami. Ia mendorong murid bercerita berdasarkan fakta yang terjadi.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (IKA Unusia) itu mengatakan, selama ini kekerasan di lingkungan pendidikan secara verbal.
Kekerasan lahir dari lingkungan yang tak memperhatikan manusia sebagai mitra dalam belajar. Jika dibiarkan, maka hal ini akan menyebabkan perundungan.
Oleh karenanya, Aris menegaskan bahwa guru, orang tua, dan murid memiliki peran yang sama pentingnya, yakni menciptakan ruang aman bersama. Ia mendasarkan pandangannya pada sebuah hadits yang mengatur tentang keselamatan manusia yang ditentukan oleh tutur dan tindakannya.
"Kalau di agama kita itu ada hadits yang berbunyi salamatul insan fi hifdzil lisan. Artinya apa? Keselamatan manusia bergantung pada sejauh mana ia mampu menjaga ucapannya," ajaknya, pada 15 menit jelang waktu berbuka puasa.
Aris menutup pemaparannya dengan mengajak hadirin untuk bersama-sama menciptakan ruang aman, terutama di lingkungan sekolah dan rumah, dengan mendengarkan cerita tentang apa saja yang dialami murid.
Data kekerasan anak
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) mencatat, bentuk-bentuk kekerasan yang dialami korban paling banyak berbentuk kekerasan seksual, yakni sebanyak 2.349 dari total 5.493 kasus yang diinput sejak awal tahun 2025. Di posisi kedua dan ketiga terdapat kekerasan berbentuk fisik dan psikis. Lalu jika dilihat dari basis hubungan pelaku dan korban berjumlah 686 kasus berhubungan dengan orang tua dan 170 kasus berkairan dengan guru.
Sementara itu, pada 2024 UPT PPPA mencatat, ada 2.041 kasus kekerasan seksual perempuan dan anak terjadi di Jakarta Selatan. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni 1.682 kasus.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
Terkini
Lihat Semua