Nasional

Kisah Jagal Musiman Idul Adha: Tangani 10 Sapi Perhari dan Ketajaman Pisau Jadi Kunci Sukses

Kam, 20 Juni 2024 | 20:00 WIB

Kisah Jagal Musiman Idul Adha: Tangani 10 Sapi Perhari dan Ketajaman Pisau Jadi Kunci Sukses

Yusuf, seorang jagal yang ditemui NU Online, pada Kamis (20/6/2024).

Jakarta, NU Online

Setiap tahunnya, perayaan Idul Adha menjadi momentum penting bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk melaksanakan tradisi penyembelihan hewan kurban.


Di samping penyembelihan di masjid-masjid, banyak mudhahi atau pekurban yang memilih untuk memotong hewan kurban di rumah masing-masing. Hal ini menciptakan peluang mata pencaharian baru bagi para jagal hewan kurban.


NU Online berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Yusuf, seorang jagal berpengalaman yang mewarisi ilmu dari almarhum ayahnya. Yusuf telah menjalankan tugasnya sejak 2007 dan saat ini berusia 31 tahun.


Menurut Yusuf, harga pemotongan hewan kurban saat ini bervariasi. Untuk kambing, harga pemotongan per ekor mencapai 200 ribu rupiah, sementara untuk sapi, harga dapat mencapai 1 juta rupiah. Biaya ini mencakup proses mulai dari perubuhan hewan, pemotongan, pengulitan, hingga membagi daging menjadi empat bagian.


"Kulit hewan bukan sebagai bagian dari upah kami sebagai jagal," jelas Yusuf, menegaskan bahwa tarif pemotongan tidak termasuk tambahan seperti kulit.


Yusuf menyebutkan bahwa tarif layanan jagal dalam tiga tahun terakhir tetap stabil. Setiap tim jagal yang dipimpinnya mampu menangani sepuluh ekor sapi dalam setengah hari, dimulai dari pagi hingga waktu dzuhur.


Yusuf menjelaskan bahwa biaya pemotongan bergantung pada bobot hewan. Harga sapi sendiri dapat bervariasi, mulai dari 28 juta hingga 98 juta rupiah untuk hewan berbobot 1.1 ton.


"Tahun ini, kami menangani sapi dengan berat minimal 500 kilogram," katanya.


Yusuf mengaku bahwa kepuasannya berasal dari kesempatan membantu umat melaksanakan ibadah kurban. Namun, tidak selalu semuanya berjalan lancar.


"Keterlambatan tim bisa membuat jadwal menjadi kacau," katanya dengan rasa prihatin.


Mengenai keahlian memotong hewan, Pejagal asal Kampung Pulo Jahe, Cakung, Jakarta Timur itu membagikan bahwa dia mempelajari keterampilan ini dari pengalaman ayahnya.


"Saya mengamati cara kerja orang tua saya, dan karena orang tua saya mengidap penyakit gula, mereka tidak dapat melanjutkan pekerjaan memotong hewan," kata Yusuf kepada NU Online, Kamis (20/6/2024).


"Kalau kamu ingin bisa, lihatlah orang lain bekerja terlebih dahulu. Tidak perlu langsung terjun, pelajari bagaimana cara memotong hingga pengulitan, dan jika sudah yakin, baru ambil peran sendiri," sambungnya.


Sehingga, pada 2013, Yusuf memutuskan untuk mengambil alih pekerjaan tersebut sendiri. Ini memberi kesempatan bagi orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan.


Ia menambahkan bahwa kunci sukses dalam memotong hewan kurban adalah pisau yang tajam. Yusuf menggunakan pisau dapur yang dibelinya seharga 75 ribu rupiah di Jagal Cakung, Jakarta Timur.


"Kalau pisau itukan tergantung kita yang pakai dan asah. Kalau pisaunya mahal tapi engga bisa asahnya sama aja," katanya sambil tertawa.


Yusuf mengakhiri percakapannya dengan pesan agar hewan yang akan disembelih dihadapkan ke arah kiblat, dan proses pemotongan dilakukan dengan pisau se-tajam mungkin untuk meminimalkan penderitaan hewan.


Dengan pengalamannya dan dedikasinya dalam menjalankan tugas sebagai jagal, Yusuf tidak hanya menjalankan tradisi ibadah kurban dengan baik, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja.