Nasional MUNAS-KONBES NU 2019

Kiai Said Ingatkan Warga NU tentang Dampak Revolusi Industri 4.0

Rab, 27 Februari 2019 | 07:25 WIB

Kiai Said Ingatkan Warga NU tentang Dampak Revolusi Industri 4.0

KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU

Kota Banjar, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, revolusi industri 4.0 memiliki dampak yang besar terutama dalam sektor lapangan kerja. Mengutip data Pensil Global Institute, Kiai Said menyebut jika revolusi industri 4.0 akan menghilangkan 800 ribu lapangan kerja di seluruh dunia hingga tahun 2030. Lapangan kerja itu akan diambil alih oleh robot dan mesin.

"Khusus di Indonesia, akan ada sekitar 3,7 juta lapangan kerja yang baru tetapi ada sekitar 52,6 juta lapangan kerja yang berpotensi hilang akibat revolusi industri 4.0," kata Kiai Said pada acara pembukaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 di kompleks Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar, Rabu (27/2).

Kiai Said mengatakan, revolusi industri 4.0 memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah membuat orang mudah melakukan sesuatu hal.

"Termasuk NU Cash," katanya.

Sementara dampak negatifnya adalah tergusurnya lapangan kerja di tengah banyaknya pengangguran dan tenaga kerja yang kurang bisa bersaing. Menurut Kiai Said, sekitar 60 persen angkatan kerja Indonesia adalah lulusan SMP ke bawah.

"Dalam revolusi industri 4.0 mereka terancam terus menerus dan menjadi korban pembangunan," jelasnya.

Kiai Said menambahkan, sektor pertanian merupakan penyumbang PDB terbesar kedua di Indonesia. Menurutnya, 82 persen masyarakat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Akan tetapi, 30 persen dari jumlah tersebut merupakan petani tradisional.

"Yang terseok-seok di tengah gelombang revolusi industri 4.0. Masih sangat ketinggalan para petani kita," ucapnya.

Kiai Said mengingatkan agar pemilihan umum, baik piplres, pileg, atau pun pilkada, tidak hanya sebatas sebagai ajang suksesi kekuasaan saja. Akan tetapi, itu harus menjadi momentum untuk melanjutkan komitmen penegakan kedaulatan rakyat di tengah gelombang perubahan yang begitu cepat. (Muchlishon/Muhammad Faizin)