KH Miftachul Akhyar: Tanpa Nur Allah, Manusia Bukan Apa-Apa
NU Online · Senin, 20 Februari 2023 | 13:00 WIB
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan bahwa manusia adalah yang membuat ramai dan makmur dunia.
"Kenapa manusia disebut yang membuat ramai dan makmur dunia? Itu karena manusia mendapatkan Nur (cahaya) dari Allah. Jika tanpa Nur Allah kita bukanlah apa-apa. Kita baru disebut-sebut ada karena telah mendapat sinar dari Allah," tutur Kiai Miftach dalam pengajian Al-Hikam, Jumat lalu lewat channel Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar.
Menurut Kiai Miftach, manusia di hadapan lainnya ada yang langsung mengenal Allah tanpa melihat lainnya. Ini ma’rifatnya yang sudah bermaqam fana atau baqa’. Ada yang baru mengenal Allah setelah melihat ciptaan-ciptaanNya.
"Panjenengan bisa mengaji, menambah ilmu, menambah keyakinan itu merupakan anugerah dari Allah. Jika Allah tidak menggerakkan hati kita maka tidak akan bergerak, oleh karena itu sudah bagus orang yang memakai dalil mengenal Allah dengan makhluknya, tapi yang di atasnya masih banyak tingkatannya," terangnya.
Sedangkan menurut Kiai Miftach untuk maqam-maqam yang tinggi, mereka mengenal Allah bukan karena makhluknya, tetapi Allah langsung. Wujud yang asli itu Allah sedangkan yang lain dianggap tidak wujud.
KH Miftach juga menjelaskan bahwa Kitab Al-Hikam berisikan tentang politik peribadatan tertinggi dan tasawuf pembersihan hati. Jika betul-betul meneliti setiap langkah ini adalah ajakan setan dan ajakan nafsu, serta akan mengetahui perintah agama.
"Sebagaimana yang sering saya sampaikan kita ini pemegang peran penting dalam kehidupan di dunia. Manusia sebagai makhluk proyeksi akhirat tentu oleh Allah didampingi dengan gangguan-gangguan dan ujian-ujian untuk mengetes kita berhasil atau tidak," ujarnya.
Karena menurutnya, sesuatu yang baik akan selalu teruji sebagai suatu tanda kebaikan. Jika sesuatu yang gampangan maka tidak perlu untuk di uji. Maka dari itu ulama-ulama terdahulu meminta kepada Allah untuk diuji.
Kiai Miftach menjelaskan macam-macam ujian, seperti sakit, miskin dan sibuk. Ujian-ujian itu tidak lantas menjadikan seseorang meninggalkan ibadah, karena disana akan terlahir manusia-manusia atau kader-kader yang teruji.
"Imam Sakandari berkata semua makhluk ini gelap, disebut gelap karena kita asalnya tidak ada lalu menjadi ada. Keberadaan kita ini tertutup dengan wujudnya Allah. Oleh karena itu kita sebenarnya tidak pantas disebut wujud. Wujud kita ini jika berhadapan dengan Allah maka tidak ada artinya. Wujud kita ini bagaimana pun juga dikarenakan oleh Alah yang menciptakan, lalu apa nilainya wujud kita jika dibandingkan wujud Allah? Wujud kita sama dengan tidak ada," jelas Kiai Miftach.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua