KH Miftachul Akhyar Ingatkan Pentingnya Mengendalikan Hawa Nafsu
NU Online · Jumat, 17 November 2023 | 23:30 WIB
Malik Ibnu Zaman
Penulis
Surabaya, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa akar dari perilaku maksiat yang dilakukan oleh manusia itu lupa kepada Allah serta penurutan terhadap hawa nafsu.
“Pokok dasar kemaksiatan yang dilakukan oleh Bani Adam itu lupa kepada Allah, mengikuti syahwat, gara-garanya adalah kita tidak curiga kepada nafsu kita,” ujarnya pada Ngaji Kitab Syarah Al-Hikam pertemuan ke-57 di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).
Menurutnya hawa nafsu yang merupakan perwujudan dari kesenangan dan keinginan duniawi harus diwaspadai dengan cermat. “Nafsu ini punya alat, punya senjata, punya prajurit yang dinamakan hawa. Kita menyebutnya hawa nafsu, hawa itu kesenangan. Ini sebetulnya yang tidak boleh kita ikuti, harus kita curigai yaitu hawa nafsu,” imbuhnya.
Lebih lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Miftaachus Sunnah Surabaya itu menjelaskan bahwa asal mula dari ketaatan kepada Allah ialah kesadaran untuk mencurigai, mengawasi hal-hal yang haram.
“Ketaatan yang diperintahkan Allah kepada kita, agar kita ini menjadi makhluk yang taat, seperti malaikat yang memang diciptakan berwatak taat, nggak ada malaikat yang nggak takat. Itu dasar asal mulanya kesadaran yaitu mencurigai, mengawasi, hal-hal yang haram. Kemudian ridho, lalu lahirlah sebuah ketaatan,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan kecerdasan dalam menghadapi hawa nafsu akan mengarahkan individu menjadi kelompok yang baik. Namun, keengganan untuk menahan diri dari penurutan pada hawa nafsu bisa mengakibatkan seseorang dikuasai oleh hawa nafsu itu sendiri.
“Oleh karena itu penting sekali untuk menahan hawa nafsu, karena kita itu tadi, baik tidaknya kita bagaimana kita menghadapi hawa nafsu itu tadi. Jika kita pintar, cerdas menghadapi hawa nafsu kita menjadi kelompok yang baik. Tetapi sebaliknya kalau kita menuruti hawa nafsu, maka kita akan dikerjai oleh hawa nafsu itu sendiri,” jelasnya.
Kiai Miftach menegaskan bahwa mengendalikan hawa nafsu, mencurigainya, merupakan langkah penting. Hal ini dianggap sebagai modal semangat dan amal kebaikan seseorang dalam menjalankan tugas sebagai hamba Allah.
“Oleh karena itu kontrol pada hawa nafsu, mencurigai nafsu. Itu bisa digunakan modal, sehingga amal kita, semangat kita dalam beramal selalu akan memohon pertolongan Allah swt meminta hidayah, taufik, dan inayah Allah di dalam menjalankan tugas-tugas, amanah sebagai hamba Allah ini,” jelasnya.
Selanjutnya, ia juga berpesan, dalam beribadah kepada Allah, bukan sekadar melakukan ritual semata, melainkan bagaimana ibadah tersebut mampu memperbaiki batin dan memotivasi untuk selalu berbuat kebaikan sesuai dengan kebenaran, tanpa memandang situasi atau kondisi.
Ia pun menekankan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan Allah dan sesama manusia. “Sebaik hubungan apapun kita kepada Allah. Tetap kita diperintahkan hubungan kita kepada Allah ya baik, ibadahnya sempurna, hubungan dengan manusia pun baik, bisa memberikan nasihat, antara kita sesama,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
4
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
5
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
6
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
Terkini
Lihat Semua