Nasional

Kesiapan NU Hadapi Era Disrupsi 

Sen, 15 Maret 2021 | 15:00 WIB

Kesiapan NU Hadapi Era Disrupsi 

Ketua PBNU, H Robikin Emhas mengatakan hidup manusia di dunia memang memiliki prinsip untuk terus mengalami perubahan, tidak ada yang statis. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Robikin Emhas menegaskan bahwa NU siap untuk menghadapi era disrupsi yang sedang terjadi saat ini. Sebab sudah sejak lama, NU memiliki kaidah al-muhafadzhatu ala qadimisshalih wal akhdzu bil jadidil ashlah (memelihara tradisi lama yang baik dan beradaptasi dengan tradisi baru yang lebih baik).

 

"Era disrupsi ini, bagi NU tidak terlalu mengagetkan. Biasa saja. Kita punya kaidah itu. NU tentu sangat siap dengan berbagai perubahan," ungkap Robikin dalam galawicara bertajuk Disrupsi Teknologi dan Dampak pada Peradaban Global, disiarkan langsung melalui NU TV, pada Senin (15/3) sore. 

 

"Kalau pirantinya tidak ada ya harus dibuat agar segera ada. Tapi kalau sudah ada, harus dibuat seadaptif mungkin supaya bisa merespons dengan baik. Tetapi mindset dan sikap batin (warga NU) sudah sangat siap (menghadapi era disrupsi)," imbuhnya. 

 

Sebab menurutnya, hidup manusia di dunia memang memiliki prinsip untuk terus mengalami perubahan, tidak ada yang statis. Ketika ada seseorang yang berpikir statis, termasuk dalam merespons keadaan, maka lambat-laun akan tertindas oleh zaman. Inilah yang disebut sebagai sunnatullah. 

 

Begitu pula NU yang terus melakukan adaptasi dan berperan dalam setiap berbagai gejolak kehidupan bangsa yang terjadi. Bahkan sejak sebelum kemerdekaan, di awal-awal kemerdekaan, hingga di fase transisi bangsa Indonesia dari orde lama menuju orde baru.

 

"Sampai reformasi pun, NU tidak pernah ketinggalan perannya. Nah dalam konteks membangun peradaban juga sama persis. Karena ujung dari hadirnya NU adalah membangun peradaban," ujar pria yang juga diamanahi sebagai Stafsus Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin ini. 

 

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Muchamad Nabil Haroen menilai, PBNU saat ini sudah berhasil mengadaptasi berbagai perkembangan teknologi. Salah satu ikhtiar yang dilakukan adalah dengan melakukan pendataan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu) secara digital.

 

"Kemudian dalam hal pengembangan media. Kebetulan saya ini nasab NU-nya adalah nasab LTN (Lembaga Ta’lif wa Nasyr). Mulai cabang, wilayah, sampai PBNU. Jadi saya cukup mengerti dan paham apa yang selalu dilakukan PBNU hingga saat ini, sungguh luar biasa," ungkap Anggota Komisi IX DPR RI ini.

 

Ia menambahkan, jumlah warga NU yang sangat banyak di Indonesia, bahkan di dunia merupakan sebuah keunggulan tersendiri. Namun begitu, NU tidak boleh berbangga hanya dengan jumlah yang besar itu.

 

"Tapi kita harus melakukan berbagai percepatan, pengembangan SDM, dan peningkatan keterampilan," ujar Gus Nabil, sapaan akrabnya.  

 

Lebih jauh ia menuturkan, NU perlu juga memotret fenomena diaspora santri di banyak negara. Kebanyakan dari mereka itu memilih untuk mengabdi di Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di belahan dunia. Diaspora santri NU itu perlu dipandang sebagai sebuah peluang yang harus dimanfaatkan secara cepat dan tepat. 

 

"Karena kita juga memiliki pakar nano teknologi dan artificial intelligence. Ketika nanti mereka kembali ke Indonesia, bisa dimanfaatkan untuk pengabdiannya kepada NU atau bahkan untuk bangsa Indonesia sendiri," ujarnya.  

 

Penyebab perubahan

Pada kesempatan galawicara yang dipandu Ahmad Rozali, itu hadir pula Komisaris Utama PT Telkom Indonesia Rhenald Kasali. Ia menyebutkan bahwa penyebab utama perubahan peradaban dunia saat ini karena terdapat tekanan populasi manusia yang saat ini sudah mencapai 7,8 miliar jiwa. 

 

"Sebulan atau dua bulan lalu saya lihat masih 7,7 miliar. Cepat sekali (pertumbuhannya). Pada tahun 1800 itu belum sampai satu miliar, sekarang sudah 7,8 miliar, sehingga ada pertarungan untuk memperebutkan resourches di atas muka bumi ini. Bahkan sampai manusia harus mencari resource (sumber) baru atau mencari tempat tinggal baru," tutur Rhenald.

 

Penyebab lainnya adalah lantaran terjadi perkembangan teknologi yang berpotensi menggantikan peran teknologi yang lama. Hal ini berkembang sangat cepat. Ia menengarai karena muncul teknologi penopang lainnya, seperti nano teknologi dan teknologi-teknologi berbasis data sains. 

 

Di sisi lain, perubahan terjadi karena diperkuat dengan kompetisi antarbangsa untuk memperoleh pangsa pasar. Saat ini, akan ada banyak sekali perubahan. Salah satu perubahan yang sangat signifikan terjadi di bidang kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19.

 

"Tadinya dokter nggak mau menggunakan tele medicine karena menurut kaidah kedokteran, pasien itu harus diperiksa secara tatap muka, pakai alat stetoskop. disentuh dan ditanya atau diajak berbicara. Harus seperti itu," jelas Rhenald.

 

Namun ketika pandemi datang, segala hal dilakukan secara online. Mulai dari melakukan diagnosa kepada pasien hingga pengambilan resep dan obat. Hal tersebut akhirnya dilakukan karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara konvensional.

 

"Karena banyak dokter tidak punya APD (Alat Pelindung Diri), pasien menderita tidak bisa datang ke rumah sakit, dokter senior tidak praktik, maka para praktisi kesehatan akhirnya bisa lebih menerima semuanya secara online (atau tele medicine) untuk menyambut era baru ini," pungkasnya. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan