Nasional

Kemenag RI: Tidak Kompak, Kelola Pendidikan Bakal Rusak

Ahad, 23 Februari 2020 | 09:30 WIB

Kemenag RI: Tidak Kompak, Kelola Pendidikan Bakal Rusak

Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KKSK) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) HA Umar (berdiri) Foto: NU Online/Wasdiun)

Brebes, NU Online
Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KKSK) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) HA Umar mengingatkan, dalam mengelola sebuah organisasi harus kompak, sebab kalau tidak kompak bakal rusak, termasuk dalam mengelola pendidikan di LP Ma'arif NU. 
 
"Dalam ngopeni LP Ma'arif NU, hanya ada dua yang harus dipegang. Pertama harus sungguh-sungguh, kedua menjaga kekompakan. Kalau tidak kompak bakal rusak," ujar Umar saat menyampaikan sambutan Rapat Kerja Dinas (Rakerdin) ke-5 LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah di Aula Islamic Centre Jalan Yos Sudarso Brebes, Sabtu (22/2).
 
Untuk itu lanjutnya, seluruh jajaran pengurus, guru, dan siswa harus saiyeg saekoproyo kompak, jangan membuat gaduh. Umar menegaskan bahwa kunci memajukan pendidikan bukan di sarpras, bukan pula di teknologi. "Tapi di tangan guru yang terampil, ikhlas, dan punya kesabaran tinggi," ungkapnya.
 
Guru terbaik menurut dia, bukan yang sudah sertifikasi, bukan yang gelarnya tertinggi, bukan pula yang dapat membuat RPP bagus. "Guru-guru terbaik yaitu yang dirindukan anak didik ketika tidak hadir, bukan sebaliknya," lanjut dia.
 
"Saya adalah pengurus LP Ma'arif NU Jawa Tengah yang dulu juga guru yang berjuang seperti panjenengan semua," beber mantan Sekretaris LP Ma'arif NU Jawa Tengah.
Untuk sarana prasarana lanjut Umar, Tahun 2019 terealisasikan anggaran sebesar Rp800 miliar, tapi untuk 2020 sedang berjuang untuk menaikkan anggaran untuk madrasah swasta.
 
"Mohon doanya, pada Juli 2020 nanti usulan kami untuk menambah Rp1 triliun dapat diberi kelancaran," ucap Umar penuh harap.
 
Selain itu, Umar juga menegaskan bahwa LP Ma'arif NU Jawa Tengah menjadi pelopor pendidikan inklusif. Di Jawa Tengah kata dia, ada madrasah inklusif yang paling terkenal adalah MI Ma'arif Keji Kabupaten Semarang yang sudah ditiru banyak sekolah. 
 
"MI Ma'arif Keji dan Pabelan itu jadi rujukan nasional," ujar dia.
 
Pihaknya juga menegaskan, bawah inklusif sangat terbuka menerima peserta didik dengan keterbatasan tertentu karena sudah sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an. "Zonasi itu tidak inklusif," tegas alumni MTsNU Demak tersebut.
 
Dikatakan, LP Ma'arif NU Jateng ini juga menjadi baromater LP Ma'arif di Indonesia. "Baik jumlahnya maupun perannya, untuk itu harus terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya," pungkasnya. 
 
Rakerdin kelima diikuti 200 peserta terdiri dari Kepala Madrasah/Sekolah dari Wilayah IV yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.
 
Kontributor: Wasdiun
Editor: Abdul Muiz