Nasional

Katib Aam: Tujuan Baik, Harus Pakai Media Baik

Ahad, 9 Juni 2013 | 09:59 WIB

Yogyakarta, NU Online
Buraq adalah kendaraan dari surga. Mengapa ketika Isra’ Mi’raj, Nabi menggunakan Buraq? Padahal jika Allah berkehendak, bisa saja perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian langsung sampai ke Shidratul Muntaha tanpa Buraq. 
<>
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa untuk mencapai sebuah tujuan yang baik, diperlukan kendaraan atau media yang baik pula, bukan malah machiavelis, yakni menghalalkan segala cara.

Demikian disampaikan Kiai Malik Madani dalam acara sarasehan, Sabtu (8/6) malam dengan tema “Refleksi Nilai-Nilai Isra’ Mi’raj Sebagai Solusi Permasalahan Kebangsaan dan Keislaman”. Acara tersebut diadakan oleh Pesantren UII di Kompleks Pesantren UII, Jl. Selokan Mataram Depok, Sleman, Yogyakarta.

Selain menyampaikan tentang pentingnya media yang baik dalam mencapai tujuan yang baik, Kiai Malik juga menyampaikan tentang pentingnya akhlak sebagai benteng dalam mengatasi polemik kebangsaan dan keislaman di Indonesia.

Kiai Malik mengatakan bahwa pengertian akhlak selama ini telah terdistorsi, yakni hanya sebatas pada pengertian ‘unggah-ungguh’ saja. Lantas secara gamblang, Kiai Malik pun menyitir perkataan Imam Ghazali dalam meluruskan kesalahpahaman dalam memaknai akhlak.

“Apa itu akhlak? Akhlaq adalah hai’atun fin nafsi rasikhatun ‘anha tashdirul af’al bi suhulatin wa yusrin min ghairi hajatin ila fikrin wa raibiyyatin. Yaitu sikap kejiwaan yang sudah matang, dimana darinya muncul perbuatan-perbuatan yang tidak lagi membutuhkan pemikiran dan perenungan ketika melakukannya,” papar Dosen UIN Sunan Kalijaga tersebut.

Selanjutnya, Kiai Malik pun kembali menegaskan bahwa dalam rangka membasmi sebuah permasalahan, tidak dibenarkan jika menggunakan kekerasan. Karena ketika seperti itu, diibaratkan seperti izalatun najasah bil baul, yakni menghilangkan najis dengan air kencing.

“Tujuan yang baik, mari kita tempuh dengan cara yang baik pula,” tandas Kiai Malik. 

Selain mendatangkan Kiai Malik Madani, acara yang digelar sebagai peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW sekaligus milad ke-70 UII tersebut juga mendatangkan Busyro Muqaddas, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai pembicara.

Dalam kesempatan tersebut, Busyro Muqoddas menyampaikan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam shalat, berikut korelasinya sebagai solusi permasalahan keislaman dan kebangsaan selama ini. Yang mana, seperti diketahui bahwa perintah shalat pertama kali turun melalui peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

“Jadi, jika shalat itu dilakukan dengan thuma’ninah, maka seharusnya bisa membawa perubahan bagi diri masing-masing, dan memberi manfaat bagi orang lain,”tutur mantan Ketua KPK tahun 2010 malam itu.

Kemudian, Busyro Muqaddas menjelaskan lima hal yang menjadi pokok penyebab korupsi. Pertama, krisis akhlak. Kedua, tradisi suap-menyuap. Ketiga, proses pemilihan wakil rakyat yang menggunakan money politic. Keempat, mindset kepemimpinan yang salah. Dan terakhir, banyaknya anak muda yang kehilangan arah hidup.

Di akhir pembicaraannya, Busyro Muqaddas pun menawarkan sebuah solusi dalam mencegah perilaku korupsi, yaitu dimulai penerapan pola komunikasi dalam keluarga.

“Istri dan anak juga harus ikut melakukan pengontrolan dan pengawasan,” tandasnya.


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Dwi Khoirotun Nisa’, Rokhim