Nasional

Kaleidoskop 2023: R20 Teladankan Harmoni pada Dunia

Rab, 27 Desember 2023 | 18:00 WIB

Kaleidoskop 2023: R20 Teladankan Harmoni pada Dunia

Ketum PBNU Gus Yahya berada di tengah-tengah para tokoh agama dunia dalam Forum R20 di Bali. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di bawah kepemimpinan Rais Aam KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memiliki sejumlah program utama yang menjadi rangkaian peringatan 1 Abad NU, di antaranya adalah Forum Agama G20 atau Religion of Twenty (R20). 


R20 dilaksanakan pada 1-4 November 2022 di Nusa Dua, Bali dan 5-6 November 2022 di Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah.


Gus Yahya mengaku telah merencanakan kegiatan ini sejak lama. Begitu terpilih sebagai ketua umum, ia langsung mengomunikasikannya dengan Presiden Joko Widodo terkait penyelenggaraan kegiatan tersebut. 


Keduanya, Gus Yahya dan Presiden Jokowi bertemu pada 29 Desember 2021. Kemudian melakukan pertemuan kembali pada 22 September 2022. Pertemuan kedua tokoh ini dilakukan mengingat R20 direncanakan agar masuk dalam agenda G20 yang saat itu diketuai Indonesia.


Dalam penyelenggaraan R20, PBNU juga mendapatkan dukungan penuh dari Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL). Kepastian dukungan ini didapat setelah Gus Yahya bertemu Sekretaris Jenderal MWL Syekh Mohammad bin Abdul Karim Al-Issa di Arab Saudi, pada 13 Juli 2022. 


Tema yang diangkat dalam R20 adalah Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solutions: A Global Movement for Shared Moral and Spiritual Values (Menyatakan dan Menjaga Agama sebagai Sebuah Sumber Solusi Global: Gerakan Global untuk Nilai Moral dan Spiritual Bersama).


Tema itu dipilih karena masih bermunculan konflik akibat pemahaman agama yang ekstrem. Karenanya, R20 dilaksanakan untuk merumuskan dan membangun agama sebagai bagian dari pertimbangan peningkatan ekonomi, politik, dan budaya, yang tidak boleh dipisahkan. Kehadiran tokoh-tokoh dari berbagai agama dan macam-macam negara ini guna membangun koalisi bersama menuju visi tersebut.


Bali dipilih sebagai tempat penyelenggaraan R20 karena keharmonisan penduduknya sangat baik. Terlebih, Bali merupakan provinsi dengan mayoritas penduduk Hindu di tengah mayoritas penduduk Indonesia yang Muslim.


"Bisa dibayangkan, Bali ini kan provinsi yang kecil. Mayoritas masyarakatnya beragama Hindu dan ia dikelilingi provinsi dengan mayoritas masyarakat Islam. Tapi relatif tidak ada konflik agama di situ. Hindu bisa berkembang secara signifikan di area (Bali). Hal itu menjadi dasar mengapa R20 diselenggarakan di Bali," ujar Safira Machrusah, Wakil Ketua Pelaksana Forum R20.


Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Gus Yahya dalam pidato pembukaannya yang singkat. Ia menyampaikan ucapan selamat datang kepada tetamu dengan kalimat-kalimat yang puitik.


"Selamat datang di Bali, sebuah tanah Hindu yang mengizinkan sebuah penampilan kesenian budaya Muslim di Aceh di panggung mulia ini," kata Gus Yahya.


"Selamat datang di Bali, sebuah tanah tempat di mana pemeluk Hindu berada yang mengizinkan NU, organisasi Muslim terbesar dan Liga Muslim Dunia, organisasi terpenting di dunia Islam, untuk membawa inisiatif di sini, di pulau ini, dengan semua para pemimpin agama berkumpul dari seluruh dunia," lanjutnya.


"Selamat datang di Indonesia, sebuah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, yang mengizinkan Bali untuk tetap melestarikan tradisi dan budaya unik Hindunya sendiri,” kata Gus Yahya.


Para peserta mengikuti rangkaian pidato dari para tokoh agama mulai siang hingga petang. Mereka menyuguhkan berbagai macam pandangannya masing-masing mengenai konflik yang terjadi di hadapannya, juga problem sosial keagamaan yang mengganggu stabilitas negara dan kawasannya.


Kemudian, para peserta mengikuti jamuan makan malam, lengkap dengan sajian penampilan kesenian.


Sajian keharmonisan, jamuan makan, dan penampilan Kebudayaan

Acara di Bali usai, sebagian tokoh agama itu mengikut kegiatan lanjutan di Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah. Mereka mengunjungi sejumlah situs, yakni Keraton Yogyakarta, Candi Kimpulan di tengah area Perpustakaan Mohammad Hatta Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Candi Borobudur, Vihara Mendut, Candi Prambanan, dan Pondok Pesantren Pandanaran.


Kunjungan-kunjungan tersebut memberikan kesan tersendiri bagi para pemuka agama dunia. Betapa tidak, di wilayah yang mayoritas Muslim, terdapat candi terbesar di dunia, yakni Borobudur. Ada pula candi di tengah kampus Islam.


Selain suguhan tempatnya, para tokoh agama dunia juga menikmati menikmati jamuan makan dan penampilan budaya yang sangat menyentuh mereka. Hal ini karena mereka ikut terlibat dalam penampilan kebudayaan itu. Hal ini tampak saat bermain angklung bersama di halaman Candi Prambanan dan larut berkoreografi bersama ribuan santri Pesantren Pandanaran.


Pernyataan bersama

Pertemuan selama hampir sepekan itu menghasilkan komunike yang menyerukan pembentukan aliansi global untuk mewujudkan inisiatif yang konkret guna membangun jembatan di antara negara bangsa dan peradaban yang berbeda. Komunike juga mendorong percakapan yang jujur antarkomunitas agama; menanamkan nilai moral dan spiritual dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi dunia.


Komunike menyerukan agar semua pihak dapat mencegah penggunaan identitas sebagai senjata politik; menghentikan penyebaran kebencian; mendorong solidaritas dan rasa hormat di antara beragam masyarakat, budaya, dan bangsa di dunia; melindungi manusia dari kekerasan dan penderitaan yang dipicu konflik; memanfaatkan kearifan ekologi spiritual yang tertanam dalam tradisi keagamaan dunia untuk memastikan lingkungan alam lestari; mendorong munculnya tatan dunia yang benar-benar adil dan harmonis dengan dasar penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat manusia; hingga mendorong Forum R20 sebagai agenda resmi Forum G20.