Nasional

Kaleidoskop 2022: Perlawanan Warga Wadas Tolak Tambang Andesit dan Keberpihakan PBNU

Kam, 29 Desember 2022 | 16:00 WIB

Kaleidoskop 2022: Perlawanan Warga Wadas Tolak Tambang Andesit dan Keberpihakan PBNU

Ekspresi warga di Desa Wadas untuk menolak tambang batu andesit guna pembangunan Bendungan Bener, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Dok. warga Wadas)

Jakarta, NU Online

Salah satu kejadian paling disorot oleh berbagai pihak pada tahun 2022 adalah soal perlawanan Warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah yang gigih menolak rencana penambangan batuan andesit untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener. 


Karena keteguhan prinsip itu, mereka rela berkonfrontasi dan ricuh dengan aparat kepolisian, pada Selasa, 8 Februari 2022. Para aparat bersenjata lengkap mengepung Desa Wadas, mereka melakukan pengamanan terhadap rencana pengukuran lahan yang akan menjadi lokasi penambangan batuan andesit sebagai material pembangunan Bendungan Bener.


Dari kejadian itu, Komnas HAM menemukan adanya tindakan kekerasan pada saat penangkapan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga Wadas yang menolak penambangan batuan andesit. Sejumlah warga mengalami luka di bagian kening, lutut dan betis kaki, dan sakit pada beberapa bagian tubuh yang lain, namun tidak ada korban yang dirawat di rumah sakit.


Tindakan kekerasan itu sebagian besar dilakukan oleh petugas berbaju sipil atau preman saat proses penangkapan. Terdapat 67 warga yang ditangkap dan dibawa ke Polres Purworejo pada 8 Februari 2022, dan baru dikembalikan ke rumah pada 9 Februari 2022. 


Komnas HAM juga menemukan beberapa warga mengalami ketakutan pasca-peristiwa pada 8 Februari 2022 itu, hingga Sabtu dan Ahad (4-5 hari) setelah peristiwa itu tidak berani pulang ke rumah. Selain itu, ditemukan potensial traumatik, khususnya bagi perempuan dan anak. 


Penolakan Warga Wadas yang menolak penambangan batu andesit itu bukan hanya sekadar persoalan kepemilikan tanah semata, tetapi mengenai kebermanfaatan tanah bagi warga dan keturunannya di masa mendatang.


Mendengar kabar ada kericuhan di Desa Wadas itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa NU siap mendampingi warga dan menjembatani komunikasi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat di Wadas. Gus Yahya juga berharap agar polemik di Wadas tidak dipolitisasi.


Kemudian, Ketua PBNU Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid langsung bertolak ke lokasi pada Sabtu, 12 Februari 2022. Ia menemui warga, baik yang pro maupun kontra penambangan batu andesit.


Ia berupaya menggali informasi lebih dalam pascakericuhan antara aparat dan warga Wadas. Alissa mengaku sakit hati saat melihat ibu-ibu di Desa Wadas menangis, akibat kericuhan dan upaya mempertahankan kelestarian Desa Wadas.


Sehari setelahnya, giliran Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori yang datang bersilaturahim ke Desa Wadas, pada Ahad 13 Februari 2022. Pada pertemuan yang digelar di Masjid Nurul Huda itu, Kiai Said Asrori mengajak warga untuk menjaga persatuan, kerukunan, tetap tenang dan tidak takut pada sesama manusia.


Perjuangan Warga Wadas untuk mempertahankan lingkungannya agar tetap lestari terus dilakukan. Konflik terus berlanjut, sehingga mereka memutuskan untuk berkunjung ke Kantor PBNU di Jakarta, berharap ada kejelasan keberpihakan untuk membela warga dari bahaya penambangan batuan andesit itu. 


Kunjungan itu diterima oleh Ketua PBNU Bidang Hukum Mohamad Syafi’ Alielha dan Ketua PBNU Bidang Kesejahteraan Rakyat Alissa Wahid. Keduanya mendengarkan keluh-kesah yang diceritakan oleh perwakilan Warga Wadas yang datang yaitu Marsono, Isnin Sutrisno, dan Mas H Sardi.


Kepada para ketua PBNU itu, mereka menyampaikan persoalan pertambangan batu andesit di Desa Wadas sebagai bahan baku untuk proyek strategis nasional pembangunan Bendungan Bener, Purworejo. Sementara Alissa Wahid menegaskan, PBNU akan menyusun langkah-langkah pendampingan bagi Warga Wadas.


Warga Wadas yang datang ke Kantor PBNU itu menceritakan bahwa rencana penambangan batuan andesit tidak hanya akan merusak alam lingkungan di sana, tetapi juga telah menghancurkan hubungan keluarga warga Wadas di sana. Warga terbelah, antara yang mendukung dan menolak pertambangan batuan andesit.  


Alissa kemudian meminta warga Wadas untuk mampu menghangatkan kembali semangat persaudaraan yang memudar di tengah pro dan kontra pertambangan batuan andesit di Desa Wadas. Kepada warga Wadas yang mengunjungi PBNU, Alissa meminta mereka untuk menjaga hubungan sosial dan kekerabatan yang merenggang.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad