Nasional

Islam Hanya Memberikan Rambu-rambu dalam Penyelanggaraan Negara

NU Online  ·  Jumat, 12 Mei 2017 | 23:01 WIB

Islam Hanya Memberikan Rambu-rambu dalam Penyelanggaraan Negara

Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj.

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan, Islam tidak mengatur konsep tata kelola pemerintahan secara detil dan kaku. Namun, Islam hanya memberikan rambu-rambu dalam menyelenggarakan sebuah pemerintahan, yaitu seperti keadilan harus ditegakkan, musyawarah dalam menyelesaikan masalah, dan memprioritaskan kemaslahatan masyarakatnya. 

“Islam pada dasarnya tidak mengatur secara rigid urusan politik,” kata Kiai Said di Gedung PBNU Jakarta, Jumat (12/5). 

Menurut dia, pada akhir abad kedua hijriyah lahir partai-partai politik yang menggunakan agama sebagai bungkusnya. “Antara lain gerakan-gerakan Syiah. Dulu partai politik,” ucapnya.

Di dalam Syiah, jelas Kiai Said, masalah kepemimpinan adalah masalah agama. Bahkan, mereka berpandangan bahwa kepemimpinan adalah salah satu dari rukun agama. “Maka mendirikan imamah itu salah satu rukun agama,” urainya.

Namun demikian, Kiai Said menerangkan, Ahlussunnah wal Jamaah memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan konsep kepemimpinan atau konsep tata kelola pemerintahan. Menurutnya, masalah imamah atau masalah tata kelola pemerintahan adalah masalah kemaslahatan umat.  

“Apa yg dipandang baik masyarakat, entah itu khilafah, kerajaan, republik, atau yang yang lain-lain lah. Mana yg maslahat bagi kehidupan masyarakat (itu yang terapkan),” urai alumni Universitas Ummul Quro Makkah itu.

Terkait dengan Indonesia, ia menilai, Pancasila adalah dasar negara yang paling cocok karena bisa menjadi pemersatu keberagaman yang ada. Baginya, para pendiri bangsa yang turut merumuskan Pancasila sebagai dasar negara diantaranya adalah para ulama yang sangat paham tentang Islam dan dalilnya. Maka dari itu, Pancasila tidak lah bertentangan dengan agama Islam. 

“Mereka sepakat negara kita adalah negara bangsa,” tegasnya.

Oleh karena itu, ia menyatakan, tugas masyarakat Indonesia sekarang adalah meneruskan apa yang telah diwariskan para leluhurnya itu, yaitu membangun Indonesia. “Tinggal kita membangunnya,” tukasnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)