Inilah Data Hisab Lembaga Falakiyah NU tentang 1 Syawal 1438 H
NU Online · Rabu, 14 Juni 2017 | 08:28 WIB
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah mengimbau umat Islam khususnya warga NU untuk menunggu hasil rukyat dan sidang itsbat terkait kepastian tanggal Idul Fitri 1438 Hijriah.
Lembaga Falakiyah PBNU akan menyelenggarakan rukyat di seluruh Indonesia pada Sabtu, 24 Juni 2017. NU menggunakan metode penghitungan astronomis atau hisab untuk membantu pelaksanaan rukyat hilal.
Berdasarkan data hisab Lembaga Falakiyah PBNU, posisi hilal markaz Jakarta pada tanggal 29 Ramadhan 1438 H setinggi 3 derajat 47 menit 47 detik di atas ufuk. Ijtima’ atau kongjungsi berlangsung pada Sabtu (24/6) pukul 09:34:11 WIB. Keadaan hilal miring ke selatan dengan durasi 17 menit 23 detik.
Dengan data ini, 1 Syawal 1438 Hijriah diprediksi jatuh pada Ahad, 25 Juni 2017, atau persisnya sejak Sabtu petang, momen ketika hilal kemungkinan dapat dilihat.
Meski demikian Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri mengingatkan, rukyat tetap menjadi dasar penentu awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Sedangkan hisab yang bersifat prediktif itu digunakan oleh NU untuk membantu pelaksanaan rukyat. Tidak dapat menggantikan rukyat.
“Apabila laporan pelaksanaan rukyat dapat melihat hilal, maka jadi penentu awal Syawal jatuh hari Ahad, 25 Juni 2017. Tetapi apabila tidak dapat melihat hilal, maka umur Ramadhan 1438 H diistikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari,” tutunrya.
Ia menambahkan, laporan hasil rukyat akan disampaikan dalam sidang itsbat yanag diselenggarakan Kementerian Agama RI pada Sabtu mendatang. Menteri Agama berhak memutuskan awal Syawal 1438 H untuk menjadi pedoman masyarakat. Kemudian NU mengikhbarkan.
“Proses penentuan yang dilakukan NU ini, didasarkan pada ajaran Rasulullah saw dan sekaligus komitmen NU untuk melaksanakan kesepakatan Ijtima' Ulama Komisi Fatwa MUI dan Ormas Islam se-Indonesia tahun 2003. Kesepakatan itu menyatakan bahwa penentuan awal bulan Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah didasarkan pada metode rukyat dan hisab,” ujarnya. (Mahbib)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua