Tangerang Selatan, NU Online
Pengajaran Bahasa Arab bagi sebagian guru menjadi tantangan tersendiri. Namun, sejak munculnya Media Sosial atau akrab disebut Medsos, kesulitan tersebut tak perlu lagi dirisaukan.
<>
Hal tersebut dikatakan Mochammad Syarif Hidayatullah saat menjadi narasumber pada lokakarya "Pengajaran Bahasa Arab Kontekstual” yang dihelat di ruang sidang Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (3/6).
Dosen FAH ini mempresentasikan tema ‘Memanfaatkan Media Sosial untuk Pengajaran Bahasa Arab’ yang dimoderatori Ibnu Harish. “Kegiatan ini dalam rangka menggagas pengajaran Bahasa Arab kontekstual agar dalam proses belajarnya lebih menyenangkan,” ujarnya.
Menurut Syarif, media sosial banyak sekali ragamnya. Tidak hanya Facebook, Twitter, WhatsApp, Line, dan Instagram. Ia menilai, masyarakat justru kerap membatasi Medsos hanya dua, yakni Facebook dan Twitter.
“Seringkali kita mereduksi makna media sosial itu pada Facebook dan Twitter. Padahal ada banyak kata kunci yang didapat. Networking, application, misalnya. Jadi, medsos itu maknanya tidak tunggal. Dari semua media yang ada, mari kita manfaatkan untuk pengajaran bahasa Arab,” ajak Syarif.
B3D di Medsos
Menurut dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jakarta ini, inti Medsos adalah B3D (Baca, Buat, Bagi, dan Diskusi). Bagi dia, membaca apa saja menjadi hal utama yang musti dilakukan.
“Kita baca dulu semua informasi yang ada. Dari orang lain juga. Lalu apa respon kita atas informasi itu, kita buat status. Setelah itu kita berbagi atau share pendapat kita itu. Nah, jangan lupa diskusi dengan teman-teman,” urainya.
Menurut Dosen Pascasarjana Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jakarta ini, para guru musti bisa memanfaatkan tulisan-tulisan berisi petuah dalam rangka merangsang pelajar untuk cinta kepada bahasa Arab. Guru tidak boleh lagi terpaku kepada model pengajaran masa lalu.
“Tentu para guru harus inovatif. Misalnya, mengajak anak-anak menonton film berbahasa Arab. Jadi, material culture tersebut bisa menjelma sesuatu yang menarik mereka. Hal-hal baru yang lebih inovatif juga layak diberikan kepada siswa. Yang kayak gini-gini mestinya bisa dilakukan. Apalagi anak-anak sekarang sudah melek internet. Mereka pun sadar medsos,” tandasnya.
Buktinya, lanjut Syarif, ada siswa yang mengaku berteman dengan para penulis, aktivis, dan intelektual asal Timur Tengah. “Biarkan saja. Itu malah bagus. Dari situ, anak-anak bisa berlatih bahasa Arab melalui chatting dengan kawannya itu,” kata pria kelahiran Pasuruan ini.
Syarif menyarankan, ketika siswa sedang ber-fesbuk ria, para guru bisa meminta mereka mengganti setelan berbahasa Arab untuk FB mereka. “Bisa juga dengan nge-share artikel dari situs-situs bahasa Arab, semisal, Al-Ahram, Al-Jazeera, dan lain-lain,” ujarnya.
Selain Dr Moch Syarif Hidayatullah, puluhan guru dan mahasiswa S2 peserta lokakarya juga mendapat materi dari dua narasumber berkompeten lainnya, yakni Dosen FITK UIN Jakarta Dr Muhbib Abdul Wahab, dan Saifullah Kamalie, PhD. (Musthofa Asrori/Mahbib)
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
6
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
Terkini
Lihat Semua