Nasional

Imam Besar Istiqlal: Jangan Sampai Islam Ramah Dirusak "Garis Keras"

NU Online  ·  Selasa, 27 Desember 2016 | 02:03 WIB

Makassar, NU Online 
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar meminta warga Pergerakan Mahasiwa Islam Indonesia (PMII) Sulawesi Selatan agar konsisten mengamalkan Islam rahmatan lilalamin, Islam yang ramah di tengah bahaya radikalisme agama yang mengancam Indonesia.

Menurut Mustasyar PBNU ini, warga PMII dan Nahdlyyin secara umum, harus pula cermat membaca situasi yang terjadi di Timur Tengah. Jangan sampai Islam rahmatan lilalamin yang selama ini diajarkan ulama-ulama Nusantara ini, tatanannya jadi rusak karena hadirnya penetrasi kelompok Islam yang bernuasa garis keras.

Pesan ini disampaikannya saat mengisi sambutan dalam gawean Maulid Tradisi PMII dan Syukuran Pembangunan tahap I Wisma Pergerakan di jalan Andi Tondro, Makassar Ahad (25/12).

Menurut dia, para ulama dan pesantren tradisional yang berpegang pada model Islam rahmatan Iilalamin sangat cocok dan humanis dalam kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia.

"PMII sebagai laboratorium kader Islam moderat perlu mengambil peran aktif, perlu banyak membaca hal, termasuk membaca kondisi geopolitik international, geopolitik asia tenggara-Asia timur, regional dan nasional, agar memahami apa dan bagaimana mesti bersikap sebagai intelektual muslim yang mencerahkan dan menyejukkan," tegasnya.

Ia juga menyampaikan terkait informasi 700 orang lebih mantan anggota militan ISIS, telah kembali ke tanah air, dan kebanyakan di antaranya juga berasal dari Sulsel. Dan akan kembali lagi sekitar 2000 orang mantan anggota organisasi teroris ini.

Ia berpandangan, mantan militan ISIS tersebut, akan sulit meninggalkan paham dan ajaran yang mereka yakini, di satu sisi tidak mungkin bisa menolak mereka hadir.

"Yang mesti dilakukan adalah membentengi umat dari pemikiran radikalisme yang mereka anut, jika kemungkinan mereka akan tetap sebarkan di sekeliling mereka," katanya.

Pada kondisi ini, peran kader Islam yang moderat untuk mengajarkan Islam yang damai, Islam yang dapat menjahit keutuhan hidup berbangsa dan bernegara. (Ahmad Arfah/Abdullah Alawi)