Konsistensi para youtuber memproduksi konten video pantas diakui sebagai salah satu bentuk kreativitas. Hal itu akan membahagiakan lagi jika video-video yang dipublikasi di youtube menghasilkan pendapatan uang dari iklan yang masuk.
Sayangnya, banyak youtuber yang 'terjebak' dan hanya mengejar viral dengan konten prank (gurauan). Prank-prank tersebut jika sampai merugikan pihak lain, tentu akan menjadi masalah.
Seperti pada dua kasus yang terjadi belum lama ini di mana youtuber Hasan yang nge-prank akan memberikan iming-iming sepuluh juta rupiah bagi orang yang membatalkan puasa dan prank memberi bantuan makanan di dalam kardus yang ternyata isinya sampah kepada transpuan oleh Ferdian.
Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Rakimin mengatakan perilaku para youtuber yang demikian harus dicegah oleh masyarakat. Orang tua para pelaku dalam hal ini sangat berperan dalam memberikan pendidikan dan pengawasan.
Orang tua juga harus memberikan edukasi larangan perilaku prank melalui konten agama dan norma susila. Orang tua atau masyarakat harus mendorong empati pelaku untuk menyayangi orang lain dan menjadi bagian dirinya.
Menurutnya, pada umumnya konten ekstrem di medsos akan viral dan mengundang penonton atau followers yang banyak. Begitu juga video prank seperti pada kasus di atas yang menghasilkan ribuan penonton dalam sekejap. Karena itu, ada benarnya bahwa banyaknya penonton konten-konten prank, adalah karena kebiasaan masyarakat yang tetap menonton padahal sudah jelas video prank tidak baik.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
6
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
Terkini
Lihat Semua