Nasional

Harapan Sarbumusi NU untuk Capres-Cawapres di Bidang Ketenagakerjaan

Ahad, 4 Februari 2024 | 10:45 WIB

Harapan Sarbumusi NU untuk Capres-Cawapres di Bidang Ketenagakerjaan

Sarbumusi NU. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Syaefuddin Ahrom Al-Ayubbi berharap siapa pun yang nanti terpilih menjadi Presiden Ri bisa menjamin penegakan hukum, memberikan edukasi kepada perusahaan, pembukaan lapangan pekerjaan, dan angkatan muda tertarik dengan sektor agraris.


"Menurut saya memang apa yang harus dilakukan pemerintah, satu menjamin penegakan hukum, aturan. Terkadang mereka nggak tegas dalam sebagai fungsi pengawasan yang harus dilakukan oleh ketenagakerjaan ini tidak berjalan optimal," ujar dia, Kamis (1/2/2024).


Menurutnya, kondisi sektor penegakan hukum terkait pengawasan ketenagakerjaan semakin kompleks, terutama mengingat jumlah pengawas ketenagakerjaan yang terbatas.


Ia menyoroti minimnya jumlah pengawas ketenagakerjaan, terutama di wilayah seperti Karawang, di mana hanya terdapat sekitar 6 atau 10 orang pengawas untuk mengawasi proporsi pekerjaan yang sangat besar. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pemerintah perlu mempertimbangkan penambahan jumlah pengawas pekerjaan agar penegakan aturan dapat dilakukan dengan lebih efektif.


"Kedua, mungkin perlu juga untuk selalu melakukan edukasi baik itu kepada manajemen perusahaan atau serikat," ungkapnya.


Ia mengungkapkan bahwa diperlukan penguatan terhadap serikat pekerja. Sebab, selama ini serikat pekerja berada di tingkat yang lebih rendah, terutama dalam perundingan di mana serikat pekerja selalu diharuskan untuk mengikuti keputusan perusahaan.

 

Meskipun seharusnya hubungan antara perusahaan dan pekerja seharusnya setara, dia merasa bahwa dalam kenyataannya, perusahaan lebih memandang pekerja sebagai bawahan yang harus tunduk pada keputusan perusahaan.


"Tetapi selama ini perusahaan menganggap pekerja, ya pekerja, saya majikan kamu buruh, kalau nggak mau ngikutin saya ya keluar. Rata-rata begitu," imbuhnya


Dia menyatakan, jumlah pengangguran cukup tinggi, sehingga pembukaan lapangan pekerjaan dianggap sebagai langkah yang positif. Selain itu, kehadiran investasi merupakan hal yang menguntungkan dalam sektor ketenagakerjaan. Namun, ia merasa bahwa investasi yang masuk cenderung bersifat padat modal dan kurang mampu menyerap tenaga kerja lokal.


"Nah, selama ini investasi yang masuk bersifat padat modal, padat yang rekrutmennya secara massal, termasuk pertambangan, dia kan nggak butuh banyak orang. Berbeda dengan padat karya, perusahaan sepatu itu langsung 5 ribu, 8 ribu. Ini kan sangat berbeda sekali," paparnya.


Menurutnya, perlu diperhatikan bagaimana pemerintah membuka lapangan pekerjaan, terutama di sektor padat karya yang memiliki tingkat serapan tenaga kerja tinggi. Ia juga menyoroti pentingnya peningkatan di sektor perhutanan dan pertanian, mengingat karakter masyarakat yang mayoritas bersifat agraris. Menurutnya, hal ini harus menjadi pertimbangan serius bagi pemerintah.


"Pemerintah perlu membuat strategi untuk bagaimana pekerja-pekerja kita atau angkatan kerja kita mulai tertarik di sektor itu, misalnya sektor pertanian dan perkebunan , ini kan anak-anak muda kita udah males mau bekerja di sektor pertanian, berbeda dengan mbah-mbah kita, bapak-bapak kita," ungkapnya.


Menurutnya, terdapat banyak potensi yang bisa dioptimalkan oleh pemerintah di sektor pertanian dan perkebunan. Ia berpendapat bahwa perhatian juga perlu diberikan kepada pekerja-pekerja di sektor tersebut.


Sejauh ini, ia mengamati bahwa pemerintah lebih fokus menggenjot sektor industri yang dianggap kurang rumit. Ia menambahkan bahwa pemerintah cenderung menghindari kompleksitas dan lebih memilih sektor industri yang melibatkan investor dalam bidang pertambangan dan hilirisasi.


"Kalau bicara hilirisasi nikel itu sebenarnya bagus, menjual sumber daya kita yang dulu bahan baku menjadi barang jadi, cuman kalau dilihat dari serapan tenaga kerja, berapa jumlah tenaga kerja yang terserap di sana? Ini kan problem tersendiri. Maka menurut saya perlu diimbangi di sektor yang lain  yang dia mampu menyerap tenaga kerja yang lebih tinggi," pungkasnya.