Nasional

Gus Yahya Ungkap Pertumbuhan Nahdliyin Makin Besar, Tak Hanya Berpusat di Pesantren dan Desa

Kam, 1 Februari 2024 | 20:15 WIB

Gus Yahya Ungkap Pertumbuhan Nahdliyin Makin Besar, Tak Hanya Berpusat di Pesantren dan Desa

Gus Yahya saat pidato dalam R20 ISORA di Jakarta, pada 28 November 2023. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, mengungkapkan bahwa pertumbuhan Nahdliyin makin besar dengan karakter demografi jamaah yang dinamis.


Gus Yahya juga menyoroti tren pertumbuhan konstituen NU sejak pemilu 2004, di mana jumlah pemilih yang mengaku warga NU meningkat dari 18 persen menjadi 35 persen.


"Saya menyadari adanya tren membesarnya konstituen NU, membesarnya ukuran jamaah NU itu sudah sejak lama, sejak 2007, 2008, ketika mendapatkan informasi bahwa exit poll. Pemilu tahun 2004 itu para pemilih 35 persen dari mereka mengaku warga NU," kata Gus Yahya dalam tayangan Eksklusif Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf Ungkap Fakta Seputar NU di Indonesia di kanal Youtube NU Online, dikutip Kamis (1/2/2024). 


Survei lain juga menunjukkan peningkatan signifikan. Lingkaran Survei Indonesia mencatat bahwa pada 2005, 27 persen penduduk Indonesia mengaku NU, sementara pada 2023, angkanya melonjak menjadi 56,9 persen.


"Sebelum itu, saya sudah dapatkan informasi dari Indo Barometer tahun 2010, bahwa warga Muslim yang mengakui NU itu sudah 47 persen. Berarti membesar," terang dia.


Gus Yahya menekankan perlunya mempertimbangkan konsekuensi dari pertumbuhan ini, khususnya dalam memahami letak basis jamaah NU yang baru.


Ia mengamati bahwa warga NU saat ini tidak hanya terpusat di pesantren dan desa seperti sebelumnya, tetapi juga tersebar di berbagai sektor seperti industri, korporasi, perkantoran, dan pasar. Hal ini menuntut PBNU untuk mengakui tanggung jawabnya terhadap seluruh jamaah NU, tanpa memandang latar belakang atau lokasi mereka


"Mereka ini semuanya merasa NU. Dan tentu saja, ya enggak boleh kita kemudian berpaling dari mereka: menganggap mereka bukan tanggung-jawab kita, engga bisa," ujarnya.


Untuk menghadapi dinamika ini, Gus Yahya menyatakan perlunya pengembangan model aktivisme dan konstruksi keorganisasian yang baru. Meskipun menghadapi banyak kendala, PBNU berkomitmen untuk terus beradaptasi dan mencari solusi yang tepat guna memastikan bahwa semua jamaah NU merasa diakui dan didukung oleh organisasi tersebut.


"Mereka tetap harus kita pandang sebagai bagian dari tanggung jawab Nahdlatul Ulama, tanggung jawab dari ri'ayah, pengasuhan Nahdlatul Ulama kepada masyarakat. Ini berarti membutuhkan cara baru di dalam berorganisasi, membutuhkan model aktivisme baru, membutuhkan konstruksi keorganisasian, dan seterusnya," ucapnya.


"Nah, inilah yang sekarang sedang kita berusaha kembangkan. Kendalanya banyak, tapi kita atasi sedikit demi sedikit. Kalau perlu dengan akal-akalan, yang penting ini bisa jalan," pungkasnya.