Nasional

Gus Ulil Ungkap Sikap Keras Kepala Israel Tak Mau 'Two-State Solution'

Rab, 8 November 2023 | 21:45 WIB

Gus Ulil Ungkap Sikap Keras Kepala Israel Tak Mau 'Two-State Solution'

Diskusi umum bertajuk Duka Palestina Duka Dunia yang digelar NU Online di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Rabu (8/11/2023). (Foto: NU Online/Aceng)

Jakarta, NU Online 

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla mengungkapkan ada satu kesamaan pendapat di Israel, terlepas dari variasi kebijakan di antara partai-partai politiknya, yaitu ketidaksetujuan terhadap solusi dua negara atau two-state solution yang diajukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional.


“Kebijakan pemerintah Israel kepada Palestina, kalau mau jujur dilihat secara objektif dan apa adanya, sebetulnya ujungnya satu. Baik kalangan partai buruh maupun partai konservatif meskipun dengan variasi kebijakan yang berbeda-beda, itu sebetulnya sekarang ujungnya satu, tidak mau ada negara Palestina,” kata dia dalam diskusi publik Duka Palestina, Duka Dunia di Lantai 1 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Nomor 164, Jakarta Pusat, Rabu (7/11/2023). 


“Sebetulnya sikap resmi Israel dari dulu sampai sekarang, walaupun dikatakan dengan rumusan yang berbeda-beda, mereka tidak setuju dengan opsi yang diajukan PBB dan komunitas internasional untuk membuat two-state solution yaitu solusi dua negara Israel dan Palestina. Itu tidak mau,” imbuhnya.


Namun menariknya, kata dia, bahwa Israel juga tidak mendukung solusi satu negara, kecuali jika negara tersebut benar-benar terdiri dari orang Yahudi saja. Hal ini mencerminkan sikap Israel untuk mempertahankan status sebagai negara etnis yang didominasi oleh orang Yahudi. 


“Israel ingin solusi satu negara yang isinya semua orang Yahudi. Mereka tidak mau ada negara di samping Israel,” kata pria yang kerap disapa Gus Ulil itu.


Gus Ulil menyebut bahwa Israel sebagai negara paling aneh di dunia, lantaran negara “kekeh” menempatkan kelompok Yahudi sebagai etnis utama. Hal itu juga yang mendasari Israel menolak tuntutan bangsa Palestina dalam perjanjian internasional yang mengacu pada hak bagi orang Palestina untuk kembali ke tanah air mereka. 


“Negara Israel ini adalah negara yang paling aneh di dunia, karena ini negara yang sebetulnya negara ethnic yaitu negara yang menempatkan ethnic Yahudi sebagai ethnic utama. Ethnic yang lain itu tidak penting, kalau perlu mereka tidak boleh tinggal di Israel,” paparnya. 


Gus Ulil juga menggambarkan perubahan dramatis di Tepi Barat atau West Bank selama dua dekade terakhir, terutama akibat pendirian permukiman-permukiman Yahudi. 


Tepi Barat yang dulunya memiliki wilayah yang lebih luas, kini terbagi-bagi dan tercabik-cabik oleh permukiman-permukiman tersebut. Setiap kali permukiman dibangun, sering kali juga diiringi dengan pembangunan tembok yang memisahkan komunitas Palestina.


“Jadi, sekarang ini Tepi Barat itu sudah dikapling-kapling oleh orang-orang Yahudi yang datang dari Amerika dan negeri-negeri lain yang pulang ke Israel yang dibiayai. Sekarang ini West Bank ini sudah tercabik-cabik. Dan, ini yang menarik bahwa setiap ada settlement di West Bank, selalu ada tembok di situ,” bebernya.