Gerakan Mahasiswa Belum Serius Hadapi Kelompok Ekstrem
NU Online · Sabtu, 21 Februari 2015 | 15:01 WIB
Bandung, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bandung Ahmad Riyadi menilai, saat ini gerakan mahasiswa dalam bidang pemikiran maupun aksi sosial sedang mengalami kevakuman. Menurutnya, ada mata rantai yang putus dalam tradisi pemikiran kebangsaan dari para pemikir lama ke masa ini.
<>
"Ini bukan kritik tapi instropeksi bahwa kita, kami, termasuk diri saya dalam ruang lingkup kehidupan sosial mengalami kegagapan dalam merespon situasi," ujarnya di depan sejumlah rekan-rekanya sesama mahasiwa saat mendiskusikan peluang Civic-Islam untuk Indonesia di Arcamanik Bandung, Jumat (20/2).
Riyadi merasa prihatin karena selama ini kelompok muslim diskursif seperti HMI, PMKRI, GMNI, PMII atau yang disebut kelompok Cipayung itu tidak pernah mencari solusi bersama dalam menghadapi kemandekan bidang diskursus keislaman ini, termasuk tidak serius memahami pergerakan Islam radikal yang tidak sesuai dengan arah konstitusi Indonesia.
"Itulah mengapa kelompok Islam radikal yang karena agresif dan militan itu cukup mendapat tempat, sementara kelompok mahasiswa inklusif justru lebih memilih jalan sendiri-sendiri," ujarnya.
Ketua PMII asal Alor, Provinsi Nusa Tenggara Barat, itu berpendapat, Civic-Islam penting menjadi terobosan gerakan di kalangan mahasiswa mengingat saat ini belum ada tren pemikiran baru yang mampu menyedot perhatian.
"Kita butuh gagasan lain yang mampu menarik perhatian agar lebih sering dalam memajukan gerakan kaum muda Islam dan inilah civic-Islam memiliki peluang untuk itu," terangnya.
Riadi berpandangan, hasil riset LP3ES dan teman-teman senior pengusung gagasan civic-Islam itu masuk akal, berbasis fakta, dan tawaran gerakannya pun memiliki landasan yang kuat. "Gagalnya Islam-Politik, suburnya radikalisme atau fundamentalisme, dan gejala budaya hidup muslim dan muslimah ke jalur eskapisme atau Islam antisosial merupakan fenomena yang terang kita lihat," paparnya.
Civic-Islam, menurut Riyadi, cukup memiliki peluang karena tawaran-tawaran umum maupun praktis gerakannya bisa mudah diterima di kalangan mahasiswa muslim. "Landasan geraknya pada jalan komunitarianisme dan bersandar pada republik itu membuat kelompok Islam inklusif mudah menerima," tuturnya. (Yusuf Makmun/Mahbib)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua