Jember, NU Online
Gempa bumi dengan kekuatan 7,4 skala richter yang meluluhlantakkan Palu dan Donggala sungguh mengerikan. Bukan saja karena banyaknya warga yang meninggal dunia akibat bencana alam tersebut. Namun, kejadian yang membuat bulu kuduk berdiri adalah pergerakan tanah yang begitu dahsyat. Tanah yang asalnya begitu padat, lalu menjadi lumpur yang bergerak begitu entengnya. Akibatnya bangunan apa pun di atasnya tenggelam tanpa sisa.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 744 unit rumah di perumahan Patoga, tenggelam bersama penghuninya, ditelan bumi. Kejadian serupa juga terjadi perumahan Balaroa. Sebanyak 1.744 rumah, hilang tersedot tanah.
"Itu kuasa Allah. Tidak sulit bagi Allah untuk menggerakkan tanah, bahkan meruntuhkan alam sekalipun dalam sekejap, bisa," kata Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBMU) NU Jember, Ustadz Moch Syukri Rifa’i kepada NU Online di Kantor PCNU Jember, Jawa Timur, Kamis (4/10).
Ia juga mengatakan gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala merupakan musibah kemanusiaan sekaligus secuil tanda kebesaran Allah. Karena itu, sebaiknya bencana alam tersebut diambil hikmahnya.
“Tidak ada cara lain kecuali kita memperbanyak dzikir dan taubat kepada Allah, dan selalu yakin akan keperkasaan Allah," jelasnya.
Sekjen PBNU, H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengatakan adanya bencana alam seperti gempa bumi di NTB dan Sulawesi Tengah mengandung hikmah bahwa Allah Swt menaikkan derajat para warga terdampak.
"Musibah ini bahwa Allah Swt sedang melakukan kenaikan maqam warga terdampak baik di NTB maupun Sulawesi Tengah,” kata Sekjen Helmy, Selasa (2/10).
Oleh karena itu, warga terdampak dalam menghadapi cobaan bencana alam harus dengan optimis dan pikiran positif.
Namun demikian, ia mengatakan PBNU dan seluruh warga NU turut merasakan prihatin dan bela sungkawa atas musibah yang dialami masyarakat NTB dan Sulawesi Tengah.
(Sekjen PBNU Musibah, Cara Allah Tingkatkan Derajat)
(Halaqah Kebangsaan MDHW Kumpulkan 162 Juta untuk Sulteng)
“Saudara-saudara kita di NTB lalu di Sulawesi Tengah sedang menderita ada yang kehilangan keluarga, kehilangan rumah dan sebagainya,” tuturnya.
Sebagai bentuk kepedulian dan dukungan bagi warga terdampak gempa bumi baik di NTB, Sulawesi Tengah, maupun daerah lainnya, pihaknya mengatakan PBNU telah menyerukan kepada Nahdliyin untuk membacakan Qunut Nazilah, istighotsah dan doa bersama.
Pengamatan NU Online, Jumat (5/10) pembacaan Qunut Nazilah dilakukan saat pelaksaanaan shalat Jumat di Masjid Annahdlah Gedung PBNU, Kramat Raya. Selain itu, jamaah juga antusias mengikuti shalat gaib untuk mendoakan warga terdampak bencana.
Dukungan NU lainnya untuk warga terdampak bencana juga diagendakan saat pelaksanaan istighotsah dan manaqib tanggal 11 Oktober. Puncak peringatan Hari Santri 21 Oktober malam, bersamaan dengan pembacaan Shalawat Nariyah bakal digelar sesi doa untuk warga terdampak gempa.
(Innalillahi, Relawan Banser Meninggal Saat Penanganan Dampak Gempa Sulteng)
(NU Dirikan Tenda Pengungsian di 5 Titik Terdampak Gempa Sulteng)
Menurut Sekjen Helmy doa bersama, Qunut Nazilah maupun istighotsah sebagai dukungan secara spiritual kepada warga terdampak bencana maupun warga lainnya yang mengalami musibah.
“Dukungan NU secara moral dan fisik," ujarnya.
Adapun dukungan fisik melalui penanganan langsung oleh NU Peduli ke daerah terdampak gempa, baik ke NTB maupun Sulawesi Tengah. Dukungan fisik dalam bentuk pemberian bantua logistik, pendirian hunian sementara, sekolah darurat dan masjid darurat serta MCK. (Aryudi AR/Kendi Setiawan)